| 

Sejarah Cinyasag

RIWAYAT DESA CINYASAG DAN MASYARAKATNYA DARI MASA KE MASA


Cinyasag adalah sebuah desa yang mempunyai riwayat penting dan selalu  ada hubungannya dengan pemerintahan dari zaman ke zaman. Riwayat Desa Cinyasag yang asli ada dalam sebuah buku riwayat zaman pemerintahan   Belanda, buku tersebut dibawa ke negeri (menurut ceritera orang tua dulu).Kalau kita meneliti perjuangan masyarakat desa Cinyasag dalam setiap Zaman, maka dapat dilihat ciri khasnya. Sejak semula masyarakat sudah ingin lepas dari ikatan penjajah bangsa manapun juga.
            Selain dari  itu pula kejadian-kejadian penting yang harus mendapat perhatian untuk melengkapi kesempurnaan sejarah bangsa Indonesia, diantaranya:
1.      Masyarakat Cinyasag telah ikut mengusir penjajah  Belanda di bawah pimpinan kerajaan Mataram pada tahun 1628 – 1629 dengan kibaran panji-panji merah putih.
2.      Utusan dari Cinyasag sanggup memperbaiki meriam sapujagat, yaitu sebuah meriam kesayangan Raja Mataram untuk menggempur VOC  di Batavia-Jakarta (Menurut dongeng dari karuhun)
3.      Ikut memperluas tanah pertanian atau sawah sebagai usaha perang ekonomi dengan VOC.
4.      Cinyasag pernah menjadi tempat perundingan antara Komisi Tiga Negara (KTN) pimpinan Inggris, amerika, dan Australia dengan Indonesia yang dipimpin Kolonel Abimanyu.
5.      Cinyasag dengan dusun Cirikipnya menjadi tempat penyimpanan panji siliwangi.


Umbul Muncang Pandak
Sesudah hilangnya Kerajaan Tarumanegara yang dibatasi oleh sungai Citarum pada bagian timur, maka terdengarlah kekuasaan kerajaan Galuh. Kemahsyuran Galuh seperti kerajaan Tarumanegara. Galuh adalah sebuah  kerajaan yang berdekatan dengan pelabuahan. Selain sebagai negara pertanian, Tarumanegara melakukan perdagangan dengan luar negeri. Galuh pada waktu itu meliputi daerah priangan bagian timur yang meliputi beberapa kerajaan kecil diantaranya kerajaan Galuh Kawali.
Astana Gede adalah salahsatu tempat dimana dimakamkannya bekas raja-raja Galuh beserta keluarga dan pengiringnya. Di sana terdapat beberapa buah batu bertulis yang dibuat pada masa kerajaan berdiri. Terdapat pula sebuah kolam yang sangat jernih airnya. Menurut cerita kolam itu sebagai tempat pemandian putri-putri Galuh.
Pada waktu Kerajaan Galuh berdiri, daerah Cinyasag masih hutan rimba belantara dengan bukit-bukit yang belum bernama. Salah seorang Ratu Galuh yang bernama Ragawahana pernah bertapa di sebuah lereng dengan kayu-kayuan dan batu-batuan besar. Jalan yang ditempuh oleh belau dan para pengiringnya ialah melalui sebuah sungai kecil atau lebak yang sekarang disebut lebak Cirikip. Daerah yang dilaluinya diberi nama Cirikip. Pada batu-batu besar yang dilaluinya diberi tanda telapak anjing dan telapak kijang. Begitu pula disekelilingnya, dimana tempat Ratu Galuh bertapa. Prabu Ragawana tidak meninggal melainkan beliau menghilang dengan segala jasmaninya. Di tempat tersebut ditandai dengan adanya kuburan bekas pengiringnya, orang menamakan Telapakan dan bukitnya bernama Gunung Layang. Istilah itu dikarenakan pada batu-batu yang ada di sekeliling pertapaan tersebut bertuliskan tanda tapak.
Keturunan beliaulah yang secra turun temurun memimpin Kerajaan Galuh sampai dengan dipindahkannya Kerajaan Galuh Pakuan ke daerah Bogor sekarang. Namanya diganti menjadi Pakuan Pajajaran. Walaupun telah dipindahkan, hubungan dengan daeerah asalnya tetap terpelihara. Seprti halnya dengan bekas pertapaan gunung layang, orang-orang tidak sukar nemcari tempat untuk membuat perkampungan baru di daerah bekas kerajaan Galuh tersebut.
Sebelum menceritakan tentang pembukaan hutan yang pertama di sekitar Gunung Layang , perlu diketahui pula cerita rakyat tentang Gunung Layang.
Tersebarlah bahwa Kanjeng Prabu Ragawahana, Raja dari kerajaan Galuh Pakuan telah meletakan jabatannya.  Kerajaan diserahkan kepada putra beliau yaitu Raja Muda yang sakti mandra guna. Pada waktu itu belaiau bermaksud akan bertapa di sebelah jutara kerajaan Galuh Pakuan. Pakaian yang akan beliau gunakan selama bertapa dibuatkan oleh permaisurinya dan harus selesai ditenun selambat-lambatnya  dalam satu minggu. Beliau berpesan, bila pakaian itu sudah selesai harus segera segera diserahkan dan jangan ada seorangpun mencoba pakaian tersebut. Pekerjaan menenun kain itu dilakukan oleh permaisuri  dengan penuh rasa tanggung jawab. Sesudah selesai ditenun, maka dijadikannya pakaian pertapaan. Tetapi dengan tidak sadar akan segala pesan yang diberikan, maka dicobanya pakaian tersebut oleh permaisuri untuk merasakan enak atau tidaknya pakaian tersebut. Anehnya pakaian itu terus melekat dan tidak dapat dibuka lagi. Pada waktu itu permaisuri baru sadar akan pesan suaminya. Ia menangis tersedu-sedu menyesali perbuatannya. Timbul perasaan takut kepada Raja, karena pasti Raja akan sangat marah dan akan menghukumnya. Ia berhari-hari mengunci diri di kamar tenunnya sambil memohon ampun kepada Yang Maha Tunggal.
Sang Prabu Ragawahana merasa heran kaena sudah lebih dari satu minggu pakaiannya belum juga ada yang mengantarkan. Beliau sendiri merasa perlu untuk mengetahui apa yang terjadi di keputren, terutama di tempat kamar tenun. Setibanya di kamar tenun beliau terkejut sebab kamar tersebut tertutup dan tidak  satupun jendela yang tebuka. Dengan segala daya dan upaya barulah beliau dapat membuka pinta yang terkunci itu. Pada waktu itulah diturunkan siksaan dari Hyang Tunggal, sehingga tubuh permmaisuri tersebutberubah menjadi seekor menjangan betina. Pada waktu pintu terbuka Manjangan iru lari keluar, kemudian dikejar oleh Prabu Ragawahana kemanapun Manjangan itu lari. Sampai berhari-hari naik gunung turun gunung. Para pengiringnyapun tidak ketinggalan mengikuti dari belakang karena takut beliau tersesat di jalan.
Akhirnya Manjangan itu sampai di sebuah bukit yang akan dijadikan sebagai tempat untuk bertapanya Baginda  Prabu Ragawahana. Setibanya di tempat itu, Manjangan betina tersebut melayang dan kemudian menghilang.  Begitu pula halnya dengan sang Prabu Ragawahana sesudah bersemedi beliau pun melayang dan menghilang di tempat tersebut. Para pengiringnya ada yang terus tinggal di sana dan ada pula ynag pulang ke Galuh Pakuan untuk menyampaikan kabar kesedihan kepada Sang Prabu Raja Muda. Bukit tempat menghilangnya sang Prabu Ragawahana dan permaisuri disebut Gunung Layang. Daerah sekitar pertapaan disebut Ceker Kidang atau disebut juga dengan Talapakan.
Kerajaan Galuh Pakuan pada tahun 1030 dipindahkan ke daerah Bogor sekarang dan diberi nama Pakuan Pajajaran. Kekuasaan kerajaan Pajajaran yang sangat dibanggakan makin lama makin surut. Hal ini disebabkan oleh terus menerusnya penyerangan /penyebaran agama Islam oleh Syeh Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Djati). Kekuasaan Sunan Gunung Djati sudah bisa masuk ke pedalaman daerah Pajajaran. Selain daerah Cirebon yang telah dikuasainya, juga daerah galuh bagian utara sampai pinggiran sungai Cimuntur dan sebelah utara bekas ibu kota Kerajaan Galuh Pakuan. Daerah-daerah sampai sungai Cimuntur itu telah melepaskan diri dari wilayah Padjajaran dan masyarakatnya mulai masuk Agama Islam.
Pada waktu itu, daerah sekitar gunung Layang telah dihuni oleh Sembilan keluarga. Mereka semua berasal dari Padjajaran, dua orang diantaranya adalah kepala tugu yaitu Wargadijaya dan Buyut Bugel. Sedangkan yang lainnya adalah putra dari kedua tokoh itu. Sembilan keluaraga tersebut adalah :
1.      Wargadijaya dimakamkan di Hulu Dayeuh, terletak di dusun Puhun.
2.      Buyut Bugel dimakamkan di Huludayeuh, terletak di Dusun Puhun
3.      Raksanata W. dimakamkan di dusun Kondang
4.      Wangsaparana W. dimakamkan di dusun Kondang
5.      Ditasinga W. dimakamkan di dusun Kondang
6.      Partalaksana B. dimakamkan di dusun Cirikip
7.      Indraparta B. dimakamkan di dusun Kondang
8.      Partayuda B. dimakamkan di dusun Puhun
9.      Indrabangsa B. dimakamkan di dusun Kondang.
Kesembilan orang itu membuat perkampungan yang diberi nama Umbul Muncang Pandak. Mereka bekerja sama dalam membuat rumah, membuka hutan, ladang, dan bersawah. Bekas perkampungan Umbul Muncang Pandak ada di daerah Kaom (sekarang termasuk dusun Puhun). Hal-hal yang bisa dijadikan bahan penelitian adalah :
1.      Ada daerah yang namanya Dayeuh
2.      Ada daerah yang namanya Hulu dayeuh
3.      Ada daerah yang namanya kaom
4.      Ada tanda pusat pemujaan  (menhir)
5.      Ada tanah yang namanya Patahunan.
B. Cinyasag Sebagai KEdaleman dan Desa
            Setelah selesai membuat perkampungan yang diberi nama Muncang Pandak, maka daerah itu dipimpin oleh seorang pemimpin Umbul Muncang Pandak Dalem. Beliau bernama Mangkuratbumi berasal dari Khanoman Ci rebon


3 komentar :

Unknown mengatakan...

cinyasag alam desaku

al-cafone mengatakan...

Abdi urang kaliwon, geus siga kumaha tah kampung kuring ayeuna...

Rudiana A mengatakan...

Sejarah ini Yang agak Lengkap ada di pa mantan kulisi Ata dan Aceng Suhardiman ..........

Posting Komentar