A. Judul
DESAIN DIDAKTIS PEMBELAJARAN IPA GAYA GRAVITASI
(Didactical Design Research Pada
Pembelajaran IPA Gaya Gravitasi Di SDN Gugus V Kecamatan Panawangan Kabupaten
Ciamis)
B.
Latar
Belakang masalah
Pendidikan adalah hal yang berpengaruh bagi
kehidupan manusia, tanpa pendidikan manusia tidak akan bisa mengembangkan apa
yang ia ketahui dan tidak akan memperoleh apa yang ia dapatkan. Untuk
mewujudkan pembangunan nasional di bidang pendidikan diperlukan suatu
peningkatan dan penyempurnaan penyelenggaraan pendidikan nasional yang sesuai
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, perkembangan masyarakat,
tantangan global serta kebutuhan pembangunan.Untuk mewujudkan tujuan pendidikan
nasional tersebut, maka disusunlah suatu kurikulum dalam perjalanannya
kurikulum ini senantiasan mengalami perkembangan dan penyesuaian dengan
kemajuan jaman. Kurikulum merupakan pedoman dalam proses pembelajaran.
Pembelajaran menurut
Dimyati dan Mudjiono (1999:297) adalah kegiatan guru secara terprogram dalam
desain intruksional, untuk membuat siswa belajar secara aktif, yang menekankan
pada penyediaan sumber belajar’.
Pembelajaran merupakan
proses penting dalam pendidikan.Dalam dunia pendidikan pembelajaran melibatkan
Guru, siswa dan materi ajar. Pendidikan akan berjalan dengan lancar dan sesuai
dengan tujuan kurikulum apabila Guru yang melaksanakan pembelajaran memenuhi
kompetensi Guru sebagai mestinya. Begitupun bahan ajar yang digunakan dalam
pembelajaran sesuai dengan kaedah-kaedah keilmuan yang benar dan minat siswa
dalam pembelajaran akan sangat membantu
dalam proses pembelajaran yang akan mencapai tujuan dari pendidikan.
Sebagai seorang Guru
Sekolah Dasar harus memiliki kompetensi secara didaktik, dan konseptual karena
guru sekolah dasar memiliki beban mengajar yang lebih banyak dan memiliki peran
mengajarkan konsep-konsep keilmuan secara benar dan mendasar kepada siswa yang
akan berpengaruh besar terhadap pola perkembangan pengetahuan siswanya. Guru
sebagai pengajar berperan dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran.
Oleh sebab itu, guru dituntut untuk menguasai seperangkat pengetahuan dan
keteramilan dalam mengajar. Guru sebagai pembimbing diharapkan dapat memberikan
bantuan kepada siswa dalam memecahkan masalah yang dihadapi. Peranan ini
termasuk ke dalam aspek pendidik sebab tidak hanya menyampaikan ilmu
pengetahuan, melainkan juga mendidik untuk mengalihkan nilai-nilai kehidupan. Hal
tersebut menjelaskan bahwa tujuan pendidikan adalah sikap yang mengubah tingkah
laku peserta menjadi lebih baik.
Dalam pembelajaran IPA
saat ini guru dalam proses pembelajaran
kurang memperhatikan karakteristik yang dimiliki siswa dalam belajar, selama
ini sumber bahan ajar dalam
pembelajaran yang dilakukan guru hanya menggunakan buku yang ada di sekolah
sehingga konseptual yang guru miliki sangat terbatas dan kaku padahal
perkembangan ilmu pengetahuan itu sangat cepat, hal ini menyebabkan
pembelajaran mengalami berbagai hambatan belajar (learning obstacle). Kesulitan belajar (learning Obstacle) setiap siswa berbeda, hal itu disebabkan karena
pengetahuan awal yang dimiliki siswa berbeda-beda sehingga memunculkan respon
siswa ynag berbeda beda. Hambatan belajar siswa sangat penting khususnya
hambatan konseptual, karena pembelajaran berbasis kontruktivisme sangat
menghargai pengetahuan awal siswa meskipun pengetahuan itu keliru
(miskonsepsi). Pengetahuan awal siswa sering kali diabaikan oleh guru padahal
pengetahuan awal siswa sangat penting karena membantu siswa memecahkan
kesulitan belajarnya secara lebih baik.
Guru kurang merespon ketika ada siswanya yang
memiliki pemahaman yang berbeda dengan konseptual yang dimiliki guru.
Dalam proses
pembelajaran guru bisa menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar. Lingkungan
adalah sumber belajar yang baik pembelajaran IPA, karena mata pelajaran IPA
merupakan kajian kajian ilmu pengetahuan yang berasal dari fenomena- fenomena
lingkungan. IPA berkaitan dengan cara mencari tahu fenomena dan
perubahan-perubahan di lingkungan sekitar secara sistematis. Sebagaimana yang
dikemukakan oleh Mulyana (2009: 1) bahwa:
“IPA merupakan salah
satu mata pelajaran yang turut berperan penting dalam memberikan wawasan,
keterampilan dan sikap ilmiah sejak dini bagi anak. Melalui pembelajaran dan
pengembangan potensi pada pembelajaran IPA siswa akan memperoleh bekal
pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperlukan untuk memahami dan
menyesuaikan diri terhadap fenomena dan perubahan-perubahandi lingkungan
sekitar dirinya, disamping memenuhi keperluan untuk melanjutkan ke jenjang
pendidikan yang lebih tinggi”.
Siswa sering menemukan
informsi baru dari lingkungannya
Penemuan informasi baru itu tidak semata-mata menjadi ilmu pengetahuan
tetapi yang perlu dikaji dan dipelajari
lebih dalam dengan bimbingan orang yang berkompeten.
Dalam pembelajaran IPA
guru menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing, akan tetapi model
pembelajaran inkuiri terbimbing ini akan mengalami berbagai hambatan apabila
dalam prosesnya guru tidak mengembangkan konseptual siswa dalam belajar.
Pembelajaran dengan model inkuiri terbimbing ini dilakukan guru secara apa
adanya.
Berdasarkan
latar belakang yang telah dipaparkan di atas peneliti mengambil judul “Disain Didaktis Pembelajar IPA
Materi Gaya Gravitasi”
C. Perumusan
Masalah
1.
Identifikasi
Masalah
Dalam
penelitian ini, penulis melakukan identifikasi masalah dengan mengungkapkan
semua permasalahan yang terkait dengan bidang yang akan diteliti, yaitu
permasalahan yang ada pada pembelajaran model inkuiri terbimbing pada
pembelajaran IPA gaya gravitasi.
Berdasarkan latar
belakang masalah dan hal-hal yang telah dikemukakan diatas, peneliti
mengidentifikasikan permasalahan-permasalahan yang terjadi di lapangan adalah
sebagai berikut:
1)
Proses pembelajaran IPA dengan model
inkuiri terbimbing yang selama ini dilakukan oleh guru tidak berlangsung secara
optimal.
2)
Dalam proses pembelajaran IPA dengan
model inkuiri terbimbimbing guru kurang memperhatikan konsep berpikir anak
sehingga membuat anak merasa selalu salah dalam berpendapat.
3)
Kurangnya konseptualisasi guru dalam
penyampaian materi ajar kepada siswa.
Setelah melakukan identifikasi masalah,
ternyata permasalahan yang muncul pada pembelajaran model inkuiri terbimbing
adalah learning obstacle.
2.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah
penelitian yang telah diuraikan maka rumusan masalah penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1) Bagaimana
learning obstacles pada proses pembelajaran IPA materi Gaya Gravitasi di
kelas V SDN gugus V kecamatan Panawangan?
2) Bagaimana
desain didaktis pembelajaran IPA pada materi gaya gravitasi dengan di kelas V Sekolah Dasar Negeri Gugus V UPTD
pendidikan kecamatan Panawangan, Kabupaten Ciamis?
3) Bagaimana
uji coba desain didaktis pembelajaran
IPA pada materi gaya gravitasi dengan di kelas V SDN gugus V kecamatan
Panawangan?
4) Bagaimana
desain didaktis pembelajaran IPA pada
materi gaya gravitasi di kelas V SDN gugus V kecamatan Panawangan?
.D. Tujuan
Penelitian
Adapun tujuan
penelitian yang akan dilaksanakan untuk mendapatkan informasi tentang ;
1) Mengetahui
proses pembelajaran IPA materi gaya
Gravitasi dengan model inkuiri terbimbing.
2) Memperoleh
hambatan Belajar (Learning obstacles)
pada pembelajaran IPA materi gaya gravitasi di SD.
3) Memperoleh desain didaktis pembelajaran model inkuiri terbimbing dalam pembelajaranIPA
gaya gravitasi.
4)
Menghasilkan desain yang bisa
meremidiasi hambatan belajar (learning
obstacles) pada pembelajaran IPA materi gaya gravitasi di SD.
E. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian yang akan
dilaksanakan mengenai pengembangan bahan ajar gaya gravitasi dengan model
pembelajaran inkuiri terbimbing diharapkan dapat memberi manfaat sebagai
berikut :
1.
Manfaat
Teoritis
Manfaat teoritis
penelitian ini adalah untuk mengetahui hambatan belajar (learning obstacles) dalam pembelajaran gaya gravitasi dan
menghasilkan desain didaktis pembelajaran IPA materi gaya gravitasi.
2.
Manfaat
praktis
Manfaat praktis
penelitian ini yaitu menghasilkan desain didaktis baru pembelajaran IPA gaya gravitasi yang bisa
implementasikan di Sekolah Dasar oleh
setiap guru.
3. Bagi siswa
Dari
hasil penelitian ini siswa akan lebih mengerti dan memahami konsep tentang
materi gaya gravitasi sehingga tidak mengalami hambatan belajar (learning obstacle)
4. Bagi guru
Dari
hasil penelitian ini guru akan mengetahui hambatan belajaran (learning obstacle) yang dialami siswa
dalam pembelajaran gaya gravitasi dan guru bisa mengimplementasikan desain
didaktis baru dari hasil penelitian ini.
5. Bagi peneliti
Penelitian ini menambah
wawasan peneliti secara teoritis dan praktis.
F.
KAJIAN
TEORI
Landasan teori merupakan bagian yang
memuat teori-teori yang berasal dari
studi kepustakaan yang berguna untuk mendukung penelitian. Oleh karena itu peneliti akan menbahas teori-teori yang
mendukung penelitian ini.
1. Pengertian Metapedadidaktik
Didaktik
berasal dari bahasa Yunani “didoskein” yang berate pengajaran atau “didaktos”
yang berate ilmu mengajar, maka pengertian didaktik menyangkut pengertian yang
sangat luas. Dalam kaitan pembicaraan tentang didaktik, pengertian didaktik
akan difokuskan pada bagaimana perlakuan guru dlam proses belajar mengajar
tersebut. Nasution (Ahmad, dan Prasetya, 1997; 39) didaktik adlaahaktivitas
guru dalam mengorganisasikan lingkungan dan mendekatkannya kepada anak didik
sehingga terjadi proses belajar.
Untuk
mendorong terjadinya aksi mental, proses pembelajaran di kelas harus diawali
dengan ajian masalah yang bisa memacu rasa ingin tahu siswa dan membuat siswa
merasa tertantang untuk berpikir memecahkan masalah tersebut. Buru bisa
intervensi tidak langsung dalam proses pembelajaran melalui penerapan teknik scaffolding (tindakan didaktis) serta
memberikan dorongan agar terjadinya interaksi antar siswa dalam pembelajaran
(tindakan pedagogis). Dalam penelitian scaffolding belum mengkaji aspek yang
mendasar sekitar proses pembentukan objek mental baru. Dua aspek mendasar dalam
proses pembelajaran yaitu hubungan siswa-materi dan hubungan guru-siswa
ternyata dapat menciptakan situasi didaktis maupun pedagogis yang tidak
sederhana. Hubungan Guru-Siswa_materi digambarkan oleh Kansanen (2003) sebagai
sebuah Segitiga Didaktis yang menggambarkan hubungan didaktis (HD) antara siswa
dan materi, dan hubungan pedagogis (HP) antara guru dan siswa. Ilustrasi
kansanen belum menggambarkan hubungan guru-materi sehingga akan memunculkan
situasi yang baru yang tidak diantaisipasi sebelumnya oleh guru.
Karena
itu guru perlu merancang situasi didaktis dan pedagogis, serta merancang
antisipasi respon siswa yang akan muncul ketika proses pembelajaran
berlangsungsehingga akan memunculkan situasi didaktis baru. Atau dpat
diganbarkan sebagai berikut :
Gambar 1.1 Segitiga Didaktis yang
Dimodifikasi (Margaretha B.
Roeroe1, 2011)
Peran guru yang paling utama dalam
segitiga ini adalah menciptakan situasi didaktis sehingga terjadi proses
belajar dalam diri siswa. Dengan kata lain seorang guru harus memiliki
kemampuan yang lebih dalam pemahaman bahan ajar juga harus memiliki pengetahuan lain yang terkait dengan
siswa serta mampu menciptakan situasi didaktis yang dapat mendorong proses
belajar secara optimal. Dengan kata lain, seorang guru perlu memiliki kemampuan
untuk menciptakan relasi didaktis (didactical relation) antara siswa dan
materi ajar sehingga tercipta suatu situasi didaktis ideal bagi siswa. Hal ini
dilakukan untuk mengantisipasi munculnya hambatan belajar (learning obstacle) dalam diri siswa ketika proses pembelajaran
berangsung. Dalam suatu proses pembelajaran, seorang guru biasanya
mengawali aktivitas dengan melakukan suatu aksi misalnya dalam bentuk
menjelaskan suatu konsep, menyajikan permasalahan kontekstual, atau menyajikan
suatu permainan matematik. Berdasarkan aksi tersebut selanjutnya terciptalah
suatu situasi yang menjadi sumber informasi bagi siswa sehingga terjadi proses
belajar. Dalam proses belajar ini siswa melakukan aksi atas situasi yang ada
sehingga tercipta situasi baru yang selanjutnya akan menjadi sumber informasi
bagi guru. Aksi lanjutan guru sebagai respon atas aksi siswa terhadap situasi
didaktis sebelumnya, akan menciptakan situasi didaktis baru.
Suryadi
(2010) ada beberapa kemampuan yang perlu dimiliki guru, selanjutnya akan
disebut sebagai metapedadidaktik yang dapat diartikan sebagai kemampuan guru
untuk:
(1)
Memandang
komponen-komponen segitiga didaktis yang dimodifikasi yaitu ADP, HD, HP sebagai
suatu kesatuan yang utuh, (2) mengembangkan tindakan sehingga tercipta situasi
didaktis dan pedagogis yang sesuai dengan kebutuhan siswa, (3) mengidentifikasi
serta menganalisis respon siswa sebagai akibat tindakan didaktis maupun
pedagogis yang dilakukan, dan (4) melakukan tindakan didaktis dan pedagogis
lanjutan berdasarkan hasil analisis respon siswa menuju pencapaian target
pembelajaran.
Dalam pembuatan skenario guru harus membuat
antisipasi didaktis dan pedagogis siswa
dalam pembelajaran, selain itu juga guru harus mempersiapkan respon yang belum
ada pada prediksi skenario pembelajaran.
Metapedadidaktik memiliki tiga komponen yang
terintegrasi satu sama lainnya, yaitu kesatuan, fleksibilitas, dan koherensi.
Komponen kesatuan berkenaan dengan kemampuan guru
untuk memandang sisi-sisi segitiga didaktis yang dimodifikasi sebagai sesuatu
yang utuh dan saling berkaitan erat. maksudnya sebelum peristiwa proses
pembelajaran, guru melakukan proses berpikir tentang skenario pembelajaran yang
akan dilaksanakan .hal yang paling penting adalah prediksi respon siswa sebagai
akibat dari tindakan didaktis dan pedagogis yang akan dilakukan.
Komponen fleksibilitas berkenaan dengan skenario,
prediksi renspon siswa, serta antisipasinya yang sudah dipikirkan sebelum
peristiwa pembelajaran terjadi pada hakekatnya hanyalah sebuah rencana yang
belum tentu sesuai kenyataan.
Komponen koherensi atau pertalian logis. Pada komponen
ini situasi didaktis yang diciptakan guru sejak awal pembelajaran bersipat
dinamis agar saat respon siswa muncul yang dilanjutkan dengan tindakan didaktis
atau pedagogis yang diperlukan, maka akan terjadi situasi didaktis dan
pedagogis baru .
2. Penelitian DDR (Didactical Design
Research)
Proses
pengembangan situasi didaktis, analisis situasi belajar yang terjadi sebagai
respon atas situasi didaktis yang dikembangkan, serta keputusan-keputusan yang
diambil guru selama proses pembelajaran berlangsung, menggambarkan bahwa proses
berpikir. Antisipasi Didaktik dan Pedagogis (ADP). ADP pada hakekatnya
merupakan sintesis hasil pemikiran guru berdasarkan berbagai kemungkinan yang
diprediksi akan terjadi pada peristiwa pembelajaran.
Menurut Suryadi ( Firmansyah,
2011: 10-11 ), Penelitian Desain Didaktis
atau Didactical Design Research (DDR),pada
dasarnya terdiri atas tiga tahapan, yaitu :
(1) Analisis situasi didaktis
sebelum pembelajaran (prospective analysis) yang wujudnya berupa Desain
Didaktis Hipotesis termasuk ADP, (2) analisis Metapedadidaktik, dan (3)
analisis restrosfektif (restrospective analysis) yakni analisis yang
mengaitkan hasil analisis situasi didaktis hipotesis dengan hasil analisis Metapedadidaktik. Dari ketiga tahapan
ini akan diperoleh desain didaktis empirik yang tidak tertutup kemungkinan
untuk disempurnakan melalui tiga tahapan DDR tersebut.
Proses
berpikir guru terjadi terjadi tiga fase, fase sebelum pembelajaran, saat
pembelajaran, dan setelah pembelajaran.DDR (didactical design research) ini
didasari oleh ketiga fase berpikir guru tersebut.
Salah
satu aspek yang perlu menjadi pertimbangan guru dalam mengembangkan ADP adalah
adanya learning obstacles khususnya yang bersifat epistimologis (epistimological
obstacle).Menurut Duroux (dalam Brouseau, 1997), epistimological
obstacle pada hakekatnya merupakan pengetahuan seseorang yang hanya
terbatas pada konteks tertentu. Jika orang tersebut dihad apkan pada konteks
berbeda, maka pengetahuan yang dimiliki menjadi tidak bisa digunakan atau dia
mengalami kesulitan untuk menggunakannya. Sebagai contoh, sebagaimana contoh
bahwa benda yang lebih besar dan lebih berat akan lebih cepat jatuh dari pada
benda yang kecil (konsep peerrcepatan gravitasi).
3.
Karakteristik
Pembelajaran IPA
IPA
adalah Ilmu Pengetahuan Alam dimana disiplin ilmu ini merupakan disiplin ilmu exact atau ilmu pasti. IPA sangat besar
manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu pembelajaran IPA perlu
diajarkan pada anak sekolah dasar.
Tujuan
pembelajaran IPA di SD menurut Kurikulum KTSP (Depdiknas, 2006) secara
terperinci adalah: (1) memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha
Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaann-Nya, (2)
mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan
dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, (3) mengembangkan rasa ingin
tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling
mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat, (4)
mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan
masalah dan membuat keputusan, (5) meningkatkan kesadaran untuk berperan serta
dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam dan segala
keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan, dan (7) memperoleh bekal
pengetahuan, konsep dan ketrampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan
pendidikan ke SMP atau MTs.
Ruang
lingkup bahan kajian IPA di SD secara umum meliputi dua aspek yaitu kerja
ilmiah dan pemahaman konsep.Lingkup kerja ilmiah meliputi kegiatan penyelidikan,
berkomunikasi ilmiah, pengembangan kreativitas, pemecahan masalah, sikap, dan
nilai ilmiah. Lingkup pemahaman konsep dalam Kurikulum KTSP relatif sama jika
dibandingkan dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang sebelumnya
digunakan. Secara terperinci lingkup materi yang terdapat dalam Kurikulum KTSP
adalah: (1) makhluk hidup dan proses kehidupannya, yaitu manusia, hewan,
tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan. (2) benda atau
materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas. (3) energi
dan perubahaannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya, dan
pesawat sederhana. (4) bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya,
dan benda-benda langit lainnya. Dengan demikian, dalam pelaksanaan pembelajaran
IPA kedua aspek tersebut saling berhubungan.Aspek kerja ilmiah diperlukan untuk
memperoleh pemahaman atau penemuan konsep IPA.
4.
Pembelajaran
IPA Alternatif
Pembelajaran IPA sangat beragam dan perlu model dan cara khusus dalam
pembelajaran IPA karena IPA merupakan ilmu pengetahuan yang cukup sulit apabila
hanya menggunakan model pembelajaran konvensional.
Joyce (Mulyana,
2011;110) Model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat dipakai
untuk merancang mekanisme suatu pengajaran yang mencakup sumber belajar, subjek
pembelajar, lingkungan belajar, dan kurikulum.
Pembelajaran alternatif
di SD adalah model pembelajaran yang berorientasi pada prinsip-prinsip PAKEM
(Pembelajaran Aktif, Kreatif, Elaboratif, dan Menyenangkan). Model pembelajaran
alternative yang memenuhi karakteristik PAKEM adalah model pembelajaran yang
dikembangkan berdasarkan pandangan pemecahan masalah atau inkuiri dan
kontruktivisme,
1. Model
siklus belajar (Learning Cycle)
2. Model
pembelajaran EKPA
3. Model
sains teknologi dan masyarakat (STM)
4. Model
CL (cooperative learning)
5. Model
inkuiri
Pada penelitian ini menggunakan pembelajaran IPA alternatif model
pembelajaran inkuiri terbimbing.
Menurut Haury,
D.L (Jarret.D, 1977), inkuiri adalah sekumpulan perilaku manusia yang
dikategorikan sebagai persaingan dalam mengeksplanasi secara masuk akal
fenomena-fenomena alam yang terjadi di lingkungan, Sund dan Trowbridge
(1973) membedakan pendekatan inkuiri menjadi dua bagian, yaitu pendekatan
inkuiri terbimbing dan inkuiri tidak terbimbing. Dalam pendekatan inkuiri
terbimbing guru mempunyai peranan lebih aktif dalam menentukan permasalahan dan
mencari penyelesaiannya. Sedangkan pada inkuiri tidak terbimbing siswa lebih
berperan aktif dalam mencari masalah dan penyelesaiannya.
Model
inkuiri terbimbing merupakan pendekatan instruksional, memberikan kerangka
kerja, perencanaan dan implementasi berpikir dengan mengembangkan keahlian
siswa dan mengakses sumber informasi secara efektif membangun pengetahuan.Model
ini terencana secara seksama, benar-benar terkontrol yang bersifat
instruksional dari guru memandu siswa melalui materi yang mendalam (Kuhithau
dan Carol, 2006). Ditinjau dari variasi pendekatan inkuiri, model inkuiri
terbimbing memiliki ciri dimana topik pembelajaran ditentukan oleh guru,
pertanyaan dan materi pembelajaran juga ditentukan oleh guru, sedangkan desain
dan prosedur pembelajaran dirumuskan bersama-sama oleh guru dan siswa,
selanjutnya hasil atau analisis serta kesimpulan ditentukan oleh siswa.
Model Pembelajaran Inkuiri
Terbimbing atau latihan inkuiri berasal dari suatu keyakinan bahwa siswa
memiliki kebebasan dalam belajar. Model pembelajaran ini menuntut partipasi
aktif siswa dalam inkuiri (penyelidikan) ilmiah. Siswa memiliki keingintahuan
dan ingin berkembang. Inkuiri terbimbing menekankan pada sifat-sifat siswa ini,
yaitu memberikan kesempatan pada siswa untuk bereksplorasi dan memberikan arah
yang spesifik sehingga area-area baru dapat tereksplorasi dengan lebih
baik. Tujuan umum dari model inkuiri
terbimbing adalah membantu siswa mengembangkan keterampilan intelektual dan
keterampilan-keterampilan lainnya, seperti mengajukan pertanyaan dan menemukan
(mencari) jawaban yang berawal dari keingintahuan mereka (Agung, 2009) Model
pembelajaran latihan inkuiri dikemukan oleh Richard Suchman (Jannah, 2008), ia
menginginkan siswa untuk bertanya mengapa suatu peristiwa terjadi, kemudian
siswa melakukan kegiatan, mencari jawaban, memproses data secara logis, sampai
akhirnya siswa mengembangkan strategi pengembangan intelektual yang dapat
digunakan untuk menemukan mengapa suatu fenomena bisa terjadi.
Pembelajaran inkuiri terbimbing
yaitu suatu model pembelajaran inkuiri yang dalam pelaksanaannya guru
menyediakan bimbingan atau petunjuk cukup luas kepada siswa. Sebagian
perencanaannya dibuat oleh guru, siswa tidak merumuskan problem atau masalah. Dalam
pembelajaran inkuiri terbimbing guru tidak melepas begitu saja
kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh siswa. Guru harus memberikan pengarahan
dan bimbingan kepada siswa dalam melakukan kegiatan-kegiatan sehingga siswa
yang berifikir lambat atau siswa yang mempunyai intelegensi rendah tetap mampu
mengikuti kegiatan-kegiatan yang sedang dilaksanakan dan siswa mempunyai tinggi
tidak memonopoli kegiatan oleh sebab itu guru harus memiliki kemampuan
mengelola kelas yang bagus. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Kuhithau dan
Carol (2006), yang menjelaskan bahwa inkuiri terbimbing memiliki 6
karakateristik yaitu :
1.Siswa
belajar dengan aktif dan memikirkan sesuatu berdasarkan pengalaman
2. Siswa belajar dengan aktif
membangun apa yang telah diketahuinya
3. Siswa
mengembangkan daya pikir yang lebih tinggi melalui petunjuk atau bimbingan pada
proses belajar
4. Perkembangan siswa terjadi pada
serangkaian tahap
5. Siswa memliki cara belajar yang
berbeda satu sama lainnya
6. Siswa belajar melalui interaksi
sosial dengan lainnya
Inkuiri terbimbing biasanya digunakan terutama bagi
siswa-siswa yang belum berpengalaman belajar dengan pendekatan inkuiri. Pada
tahap-tahap awal pengajaran diberikan bimbingan lebih banyak yaitu berupa
pertanyaan-pertanyaan pengarah agar siswa mampu menemukan sendiri arah dan
tindakan-tindakan yang harus dilakukan untuk memecahkan permasalahan yang
disodorkan oleh guru. Pertanyaan-pertanyaan pengarah selain dikemukakan
langsung oleh guru juga diberikan melalui pertanyaan yang dibuat dalam LKS. Oleh
sebab itu LKS dibuat khusus untuk membimbing siswa dalam melakukan percobaan
dan menarik kesimpulan.
Dalam model pembelajaran inkuiri terbimbing, penyajian
pelajaran diawali dengan penjelasan suatu peristiwa yang penuh teka-teki. Siswa
secara individu akan termotivasi menyelesaikan teka-teki yang dihadapkan pada
mereka dan membimbing mereka kepada suatu pencarian dan penyelidikan secara
disiplin.
Berikut adalah hal yang dilakukan guru dalam pembelajaran
model inkuiri terbimbing
1)
Fase
pertama, Planning (perencanaan)
Guru menyajikan permasalahan mengenai zat
danwujudnya yang terkait dengan kehidupan sehari-hari. Menentukan prosedur
untuk menyelesaikanmasalah dengan melakukan eksperimenditentukan oleh siswa.
2) Fase Kedua, Retrieving
(mendapatkan informasi)
Siswa mencari dan mengumpulkan data
mengenaimasalah yang diajukan guru dari berbagai sumber.
3) Fase ketiga, Processing (memproses informasi)
Siswa menguji dan membuktikan
hipotesisnyadengan melakukan percobaan dan menganalisahasil pengamatannya pada
eksperimen
4) Fase keempat, Creating (menciptakan informasi)
Siswa membuat kesimpulan dari
hasil pengamatannya, membuat laporan kegiataneksperimennya.
5) Fase kelima. Sharing (mengkomunikasikan informasi)
Siswa mempresentasikan hasil
pengamatannya.Guru mengomentari jalannya diskusi danmemberikan penguatan serta
meluruskan hal-halyang kurang tepat.
6) Fase keenam, Evaluating (Mengevaluasi)
Guru memberikan
penghargaan kepada masing-masing
kelompok yang telah memberikan presentasinya kemudian memberikan
tugasindividu mengenai materi yang telah dipelajari.
Pada proses pembelajaran inkuiri terbimbing ini terdiri dari enam
fase pembelajaran, berikut adalah fase- fase dari model pembelajaran inkuiri
terbimbing
Fase Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
Fase
|
indikator
|
Peran guru
|
1
|
Menyajikan
pertanyaan atau masalah
|
Guru
membimbing siswa mengidentifikasikan masalah dan dituliskan di papan tulis .
guru membagi siswa dalam beberapa kelompok
|
2.
|
Membuat
hipotesis
|
Guru
memberikan kesempatan kepada siswa untuk curah pendapat dalam membentuk
hipotesis.
Guru membimbing siswa dalam menentukan
hipotesis yang dilakukan dengan permasalahan dan memprioritaskan hipotesisi
yang akan digunakan untuk dijadikan prioritas penyelidikan.
|
3.
|
Merancang
percobaan
|
Guru
memberikan kesempatan pada siswa untuk menentukan langkah-langkah yang sesuai
dengan hipotesisin yang akan dilakukan.
Guru
membimbing siswa dalam menentukan langkah langkah percobaan.
|
4.
|
Melakukan
percobaan untuk memperoleh data
|
Guru
membimbing siswa mendapatkan data melalui percobaan
|
5.
|
Mengumpulkan
dan menganalisis data
|
Guru
memberikan kesempatan kepada tiap kelompok untuk menyampaikan hasil
pengolahan data yang terkumpul.
|
6.
|
Membuat
kesimpulan
|
Guru
membimbing siswa dalam membuat kesimpulan berdasarkan data yang telah
diperoleh.
|
Tabel
2.1 fase model pembelajaran inkuiri
terbimbing
5.
Materi/
Bahan Ajar
Materi
bahan ajar yang digunakan dalam penelitian ini adalah gaya gravitasi ke kelas 5
semester 2.
Gaya
Gravitasi
Gaya
gravitasi adalah salah satu bahan ajar yang diajarkan di SD kelas 5 semester 2,
pembelajaran gaya gravitasi ini sangat penting di SD karena kehidupan
sehari-hari sangat berhubungan erat dengan gaya gravitasi.
a. Pengertian
Gaya
gravitasi bumi atau arti gaya tarik bumi adalah suatu gaya tarik-menarik yang
terjadi pada semua partikel yang mempunyai massa. Jika di bumi, gaya gravitasi
bumi disebabkan karena bumi yang berukuran besar memiliki massa yang juga besar
sehingga dapat menarik semua benda yang berada di atasnya.Gaya gravitasi ini
yang menyebabkan benda-benda yang ada di bumi tidak terlempar ke angkasa. Gaya
gravitasi tidak hanya dimiliki oleh bumi saja tetapi bulan, dan matahari juga
memiliki gaya gravitasi.
Salah
satu contoh hukum alam adalah “hokum kuadrat kebalikan” yang menjelaskan bahwa
besar gaya tarik-menarik dua buah benda sebanding dengan kuadrat perkalian masa
kedua benda dibagi dengan kuadrat jarak antara keduanya. Jadi jika jarak antara
dua benda yang bermassa sama dijadikan dua kali lebih jauh dari sebelumnya maka
gaya akan berkurang menjadi seperempatnya.
Jika jarak dijadikan tiga kali lebih jauh, maka gaya berkurang ,enjadi
sepersembilannya, demikian dan seterusnya. Namun hokum diatas kalah penting
dengan fakta yang menyatakan bahwa
diantara dua benda di alam semesta terjadi suatu gaya tarik gravitasi yang unik
misalkan antara gelas di meja.
Cara
mudah untuk memahami konsep gravitasi adalah dengan membayangkan sebuah batu
yang diikatkan pada seutas tali, kemudian diayunkan berputar-putar. Analogi ini
memang tidak sepenuhnya tepat karena batu tersebut bergerak pada jalur
melingkar, bukan elips. Akan tetapi, gaya yang bekerja pada benang menyerupai
gaya gravitasi, yaitu menarik batu kea rah titik pusat lingkaran untuk
menjaganya tetap pada jalur. Apabila tali itu putus maka batu akan terlempar kearah yang lurus
terhadap jalur tadi.
b. Sejarah
penemuan gaya gravitasi
Sir Isaac Newton adalah ahli fisika,
matematika, astronomi, kimia dan ahli filsafat yang lahir di Inggris.Buku yang
ditulis dan dipublikasikan pada tahun 1687, Philosophiæ
Naturalis Principia Mathematica, dikatakan sebagai buku yang paling berpengaruh
dalam sejarah perkembangan ilmu pengetahuan. Karyanya ini menjelaskan tentang
hukum gravitasi dan tiga asas (hukum) pergerakan, yang mengubah pandangan orang
terhadap hukum fisika alam selama tiga abad kedepan dan menjadi dasar dari ilmu
pengetahuan modern.
Gambar 2.2 gaya gravitasi
Isaac Newton menyadari bahwa matematika adalah cara untuk
menjelaskan hukum-hukum alam seperti gravitasi, dan membuat beberapa rumus
untuk menghitung 'pergerakan benda' dan 'gravitasi bumi'. Gravitasi adalah
kekuatan yang membuat suatu benda selalu bergerak jatuh ke bawah.Dengan tiga
prinsip dasar dari hukum pergerakan, Newton dapat menjelaskan dan membuktikan
bahwa planet beredar mengelilingi matahari dalam orbit yang berbentuk oval dan
tidak bulat penuh.Kemudian Newton menggunakan tiga prinsip dasar pergerakan
yang sekarang di kenal sebagai Hukum Newton untuk menjelaskan
bagaimana benda bergerak.
Ayah Isaac Newton meninggal tiga bulan setelah Newton lahir,
dan dimasa kecilnya, Newton tinggal bersama neneknya.Newton kemudian bersekolah
di sekolah desa dan kemudian pindah ke sekoah yang lebih baik di Grantham,
dimana disana dia menjadi murid dengan peringkat atas.
Saat ini banyak kisah
yang menceritakan bahwa Newton mendapatkan rumus tentang teori gravitasi dan
sebuah apel yang jatuh dari pohon. Di kisahkan bahwa suatu hari Newton duduk
dan belajar di bawah pohon apel dan saat itu sebuah apel jatuh dari pohon
tersebut. Dengan mengamati apel yang jatuh, Newton mengambil kesimpulan bahwa
ada sesuatu kekuatan yang menarik apel tersebut jatuh kebawah, dan kekuatan itu
yang kita kenal sekarang dengan nama gravitasi.
G.
Kerangka
Berpikir
Pembelajaran IPA
adalah pembelajaran yang tidak semata-mata hanya menyampaikan informasi yang
diketahui oleh guru kepada siswanya akan tetapi pembelajaran IPA adalah proses
dimana siswa mampu mengekplorasi apa yang ingin mereka ketahui dan ingin mereka
alami. Pada pembelajaran inkuiri terbimbing sangat menekankan proses penemuan
pengetahuan baru yang harus dicari oleh siswa dengan bimbingan guru secara
tidak langsung. Model pembelajaran inkuiri terbimbing ini merupakan model
pembelajaran yang berbasis kontruktivisme yaitu pembelajaran yang sangat
menghargai pengetahuan awal siswa ( konseptual) meskipun konseptual siswa itu
salah (miskonsepsi).
Gaya
gravitasi adalah bahan ajar yang cukup membuat siswa bingung karena terkadang
siswa mengalami miskonsepsi pada pemahaman tentang gaya gravitasi khususnya
ketika guru mengajarkan gaya gravitasi dengan model pembelajaran inkuiri
terbimbing.
H. METODOLOGI PENELITIAN
Menurut Sugiyono (2009: 2)
mengemukakan bahwa: “penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data
dengan tujuan dan kegunaan tertentu”. Berdasarkan cara pengolahan data (pendekatan),
penelitian terbagi menjadi 2, yaitu: (1) penelitian kuantitatif, yaitu
penelitian yang menggunakan teknik statistik dalam mengolah datanya, dan (2)
penelitian kualitatif, yaitu penelitian yang diolah menggunakan teknik kualitatif.
Bogdan dan Taylor (1975:5)
mendefinisikan metodologi kualitatif sebagaimana prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari
orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.
Pada penelitian pengembangan bahan
ajar gaya gravitasi dengan model inkuiri terbimbing ini menggunakan pendekatan
kualitatif dengan metode DDR (Didactical
Design Research). DDR (Didacical
Design Research) adalah penelitian yang mengungkap hambatan belajar (learning obstacle) dalam proses
pembelajaran dan bertujuan untuk mengantisipasi dan menghilangkan hambatan
belajar dalam pembelajaran.
1. Lokasi dan Subjek Penelitian
Penelitian DDR (didactical Design Research) akan dilakukan dua tahan tahap pertama
studi pendahuluan di Sekolah Dasar Negeri 4 Cinyasag, dan Sekolah Dasar Negeri
3 Cinyasag, lalu tahap implementasi desain didaktik yang akan di laksanakan di
Sekolah Dasar Negeri 1 Cinyasag, dan
Sekolah Dasar Negeri 2 Cinyasag. Semua Sekolah Dasar yang dijadikan tempat
penelitian adalah Sekolah Dasar Negeri Gugus V UPTD TK, SD, dan PLS Kecamatan
Panawangan, Kabupaten Ciamis. Adapun sekolah dasar alternative tambahan yakni
sekolah dasar 1 dan 2 Sadapaingan untuk mengantisipasi apabila penelitian belum
selesai.
2. Desain Penelitian
Penelitian ini dimulai
dengan memilih masalah yang akan diteliti, yaitu peneliti sebelum melakukan
pengamatan awal untuk mendapatkan permasalahan. Kemudian melakukan studi
pendahuluan, sebagai informasi awal terkait dengan permasalahan yang akan
diteliti. Setelah dilakukan studi pendahuluan peneliti merumuskan masalah untuk
memperjelas permasalahan yang akan diteliti dengan bentuk pertanyaan-pertanyaan
yang nantinya harus dijawab oleh peneliti dalam kegiatan penelitian. peneliti
memilih pendekatan yang sesuai dengan permasalaha yang muncul. Untuk
mendapatkan data yang sesuai dengan penelitian terlebih dahulu peneliti
melakukan penentuan sumber data yang akan dijadikan sumber penelitian. Setelah
didapat secara pasti lalu peneliti melakukan pengumpulan data. Pengumpulan data
yang dilakukan peneliti dilakukan dengan studi pendahuluan yaitu dengan teknik
tes tulis, wawancara dan observasi. Setelah data yang dibutuhkan peneliti sudah
dirasa cukup, kemudian peneliti melakukan analisis data sebagai bahan laporan
penelitian. Hal ini dilakukan bertujuan untuk menjawab pertanyaan yang terdapat
pada rumusan masalah.
Tahap akhir
peneliti memberikan kesimpulan dari hasil penelitian yang dilakukan.
Untuk
memperjelas desain penelitian yang akan
dilakukan maka dapat dibagankan sebagai berikut.
Memilih Masalah
|
Studi
pendahuluan
|
Perumusan masalah
|
Memilih pendekatan dan metode
|
Menentukan Sumber Data
|
Mengumpulkan Data
|
Tes Tulis
|
Wawancara
|
Uji coba desain
didaktis baru
|
Merancang desain didaktis
|
Menghasilkan desain didaktis baru
|
Observasi
|
(Bagan 1.1) Alur
Penelitian
3. Metode Penelitian
Metode merupakan teknik-teknik yang dilakukan untuk mencapai
tujuan. Pada penelitian ini peneliti menggukanakan metode DDR (Didactical Design Research) karena
mengembangkan bahan ajar yang diaplikasikan pada desain pembelajaran. Proses
pengembangan situasi didaktis, analisis situasi belajar yang terjadi sebagai
respon atas situasi didaktis yang dikembangkan, serta keputusan-keputusan yang
diambil guru selama proses pembelajaran berlangsung, menggambarkan bahwa proses
berpikir. Antisipasi Didaktik dan Pedagogis (ADP). ADP pada hakekatnya
merupakan sintesis hasil pemikiran guru berdasarkan berbagai kemungkinan yang
diprediksi akan terjadi pada peristiwa pembelajaran.
Menurut Suryadi ( Firmansyah,
2011: 10-11 ), Penelitian Desain
Didaktis atau Didactical Design Research (DDR), pada dasarnya terdiri atas tiga tahapan, yaitu :
(1) Analisis situasi didaktis sebelum pembelajaran
(prospective analysis) yang wujudnya berupa Desain Didaktis Hipotesis
termasuk ADP, (2) analisis Metapedadidaktik, dan (3) analisis
restrosfektif (restrospective analysis) yakni analisis yang mengaitkan
hasil analisis situasi didaktis hipotesis dengan hasil analisis Metapedadidaktik. Dari ketiga tahapan
ini akan diperoleh desain didaktis empirik yang tidak tertutup kemungkinan
untuk disempurnakan melalui tiga tahapan DDR tersebut.
Proses
berpikir guru terjadi terjadi tiga fase, fase sebelum pembelajaran, saat
pembelajaran, dan setelah pembelajaran.DDR (didactical design research) ini
didasari oleh ketiga fase berpikir guru tersebut.
Salah
satu aspek yang perlu menjadi pertimbangan guru dalam mengembangkan ADP adalah
adanya learning obstacles khususnya yang bersifat epistimologis (epistimological
obstacle).Menurut Duroux (dalam Brouseau, 1997), epistimological
obstacle pada hakekatnya merupakan pengetahuan seseorang yang hanya
terbatas pada konteks tertentu.Jika orang tersebut dihadapkan pada konteks
berbeda, maka pengetahuan yang dimiliki menjadi tidak bisa digunakan atau dia.
mengalami kesulitan untuk menggunakannya. Sebagai contoh, sebagaimana contoh
bahwa benda yang lebih mesar akan lebih cepat jatuh jatuh dari pada benda yang
kecil.
4. Definisi Operasional
Definisi operasional mempunyai peran
sebagai landasan yang memberikan penjelasan yang terkait dengan batasan permasalahan
yang dijadikan objek penelitian
Definisi operasional dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut.
a. Pembelajaran inkuiri terbimbing
yaitu suatu model pembelajaran inkuiri yang dalam pelaksanaannya guru
menyediakan bimbingan atau petunjuk cukup luas kepada siswa.Sebagian
perencanaannya dibuat oleh guru, siswa tidak merumuskan problem atau masalah.
b. IPA
adalah Ilmu Pengetahuan Alam diamana disiplin ilmu ini merupakan disiplin ilmu exact atau ilmu pasti. IPA sangat besar
manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari.Oleh karena itu pembelajaran IPA perlu
diajarkan pada anak sekolah dasar.
c. Gaya
gravitasi bumi atau arti gaya tarik bumi adalah suatu gaya tarik-menarik yang
terjadi pada semua partikel yang mempunyai massa. Jika di bumi, gaya gravitasi
bumi disebabkan karena bumi yang berukuran besar memiliki massa yang juga besar
sehingga dapat menarik semua benda yang berada di atasnya
5. Instrument penelitian
Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam
penelitian ini, diperlukan suatu instrumen penelitian. Pada penelitian DDR (didactical design research ) ini
membutuhkan data kualitatif yaitu Informasi yang diperlukan adalah adanya
hambatan belajar (learning obstacle) siswa
terhadap pemahaman konsep gaya gravitasi.
Instrumen
akan digunakan pada studi pendahuluan penelitian dan implementasi desain
didaktik penelitian. Oleh karena itu penelitian ini menggunakan tes objektif dengan
alasan jawaban, tes uraian pemahaman, hal ini berguna untuk mengungkap
pemahaman siswa terhadap suatu konsep, wawancara siswa dan guru kelas dan observasi. Pada penelitian ini instrument yang digunakan
adalah tes objektif, tes uraian, wawancara, dan observasi.
a. Tes
objektif
Tes objektif adalah bentuk tes
berupa pilihan ganda yang digunakan untuk mengetahui pengetahuan awal siswa.
b. Tes
uraian
Tes uraian adalah bentuk tes yang
tujuannya untuk mengungkap pemahaman siswa tentang suatu konsep.
c. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan
tujuan tertentu. Percakapan ini dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara
yang mengajukan pertanyaan dan yang memberi jawaban. Adapun jenis
wawancara yang dipakai dalam penelitian
ini adah ditujukan kepada guru kelas yang mengajar di kelas v yang menjadi
populasi penelitian.
d. Observasi
Adalah memperhatikan sesuatu dengan
menggunakan panca indra.
e. Studi
literatur
Studi literatur dilakukan dengan
cara membaca dari sumber-sumber yang relevan dengan judul penelitian,
mempelajari, memperoleh buku-buku dan peraturan tertulis serta bacaan lainya
yang memiliki keterkaitan dengan masalah penelitian. Tujuannya adalah untuk
mendapatkan konsep-konsep sebaghai landasan pemikiran dalam penelitian ini,
sehingga diperolehrelevansi antar teori dengan tujuan penelitian, dan tidak
terjadi adanya suatu kesenjangan. Berdasarkan pedoman tersebut, peneliti akan
lebih mudah memberikan keterangan-keterangan yang akan menjadi data.
6. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah
cara-cara yang digunakan peneliti untuk memperoleh data-data yang diperlukan
dengan didukung oleh seperangkat instrument pengumpulan data yang sesuai. Dalam teknik pengumpulan data uuntuk
penelitian ini peneliti menggunakan teknik triangulasi Adapun langkah-langkah
pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti meliputi :
Pertama peneliti
menggunakan teknik tes dengan bentuk tes pilihan yang disertai alasan jawaban,
hal ini digunakan untuk mendukung pengumpulan data yang bertujuan untuk
mengetahui pemahaman siswa tentang materi yang akan dijadikan bahan penelitian
yaitu materi gaya gravitasi. Tes pilihan ini berjumlah 6 butir soal dan telah dimodifikasi dengan
mencantumkan alasan kenapa siswa memilih jawaban tersebut hal ini bertujuan
agar peneliti bisa menganalisis hambatan belajar (learning obstacle) yang muncul pada pembelajaran.
Langkah-langkah
yang dilakukan oleh peneliti dalam pengumpulan data melalui tes pilihan dengan
alasan jawaban adalah sebagai berikut :
1) membuat
kisi-kisi tes uraian
a) Menetapkan
variable yang menjadi indikator berdasarkan teori
b) Menetapkan
rumusan masalah yang ingin digali
c) Membuat
daftar pertanyaan yang disertai alternatif jawabannya.
2) Sebelum
dibagikan kepada responden dilakukan dulu uji validitas dan reliabilitas
terlebih dahulu dari setiap pertanyaan.
3) Setelah
diuji validitas dan reliabilitas maka tes objektif tersebut dibagikan kepada semua
responden.
Selanjutnya
dengan teknik wawancara, wawancara adalah teknik pengumpulan data yang
dilakukan dengan percakapan untuk mendapatkan sebuah informasi atau data
Percakapan ini dilakukan oleh dua pihak, dalam pedoman wawancara dilakukan
dengan langkah-langkah sebagai berikut
1)
Merencanakan alur pertanyaan dengan
mempertimbangkan
a) Pertanyaan
fokus pada permaslahan yang akan diteliti
b) Mendahulukan
pertanyaan yang penting pada awal wawancara.
c) Menyusun
pertanyaan dengan jumlah 5 buah
2)
Melakukan wawancara secara langsung
terhadap guru dan siswa
3) Mencatan
hasil wawancara pada lembar catatan lapangan yang telah disiapkan.
4) Menganalisis
hasil wawancara.
7. Teknik Analisis Data
Teknik
analisis data pada penelitian ini dilakukan setelah data terkumpul. Teknik
analisis yang digunakan pada penelitian ini mengacu pada pendapat Miles and Huberman (Sugiyono, 2010 : 337)
bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan
berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh.
Aktivitas dalam analisis data, yaitu: data reduction (mengorganisisr data), data
display (membuat uraian
terperinci), dan conclusion drawing/verification (melakukan interpretasi dan kesimpulan).
Jadi penelitian ini
dinyatakan telah selesai apabila learning obstacle sudah tidak muncul dalam
pembelajaran.
Prosedur
Penelitian
Prosedur penelitian ini
secara sederhana dapat dirumuskan sebagai berikut :
a) Tahap
awal
Pada tahap ini, langkah-langkah
yang ditempuh meliputi :
1) Membuat
proposal
2) Mengurus
perizinan penelitian
3) Menyusun
instrument penelitian dengan cara menentukan aspek apa saja yang akan dinilai,
yang sesuai dengan penelitian
4) Mengkonsultasikan
kisi-kisi instrument penelitian kepada dosen pembimbing, untuk mengetahui
apakah instrument tersebut sudah sesuai atau belum.
5) Melakukan
uji validitas dan uji reliabilitas instrument penelitian.
b) Tahap
pelaksanaan
pada
tahap pelaksanaan ini kegiatan inti penelitian berlangsung, adapun tahapannya
sebagai berikut :
1) Memberikan
informasi berkaitan dengan penelitian yang akan dilaksanakan
2) Membagikan
isntrumen tes objektif kepada populasi
3) Memberika
petunjuk pengisian.
4) Mengumpulkan
tes obejektif
5) Memeriksa
6) Melakukan
wawancara terhadap guru dan siswa.
c) Tahap
Akhir
Pada tahap akhir ini
langkah-langkah yang dilakukan adalah
1) Mengolah
dan menganalisis data yang telah diperoleh
2) Menyusun
dan melaporkan hasil penelitian.
8.
Jadwal
penelitian
Agar
penelitian ini selesai sesuai dengan waktu yang ditentukan, maka peneliti
menyusun jadwal penelitian sebagai berikut :
No
|
Kegiatan
|
Bulan Ke.
|
|||||
Januari
|
Februari
|
Maret
|
April
|
Mei
|
Juni
|
||
1
|
Penyusunan Proposal
|
||||||
2
|
Diskusi Proposal
|
||||||
3
|
Memasuki lapangan untuk melakukan studi Instrumen awal
|
||||||
4
|
mengolah data hasil Uji Instrumen awal
|
||||||
5
|
membuat Desain Didaktis Pembelajaran,RPP, Desain Didaktis Pembelajaran
|
||||||
6
|
mengolah data hasil Uji Desain
Didaktis, uji keabsahan data
|
||||||
7
|
membuat draf laporan penelitian
|
||||||
8
|
diskusi draf penelitian
|
||||||
9
|
bimbingan draf penelitian
|
||||||
10
|
penyempurnaan draf penelitian
|
Tabel
3.1 Jadwal Penelitian
DAFTAR PUSTAKA
Alonso, Marcelo.
(1980). Dasar-dasar Fisika Universitas. Jakarta: PENERBIT ERLANGGA
Arikunto, S.
(2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka
Cipta.
Firmansyah, Y. (20120).
Desain Didaktis Konsep Pecahan Pada
Pembelajaran Matematika Di Sekolah Dasar. Skripsi Sarjana UPI Kampus
Tasikmalaya: Tidak Diterbitkan.
Gribbin, John. (2005). Bengkel Ilmu Fisika Modern. Jakarta:
PERNERBIT ERLANGGA.
Moleong, Lexy. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif.
Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA
Mulyana, E.H. (2008). Pendidikan
Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di Sekolah Dasar. Tasikmalaya: UPI
Sagala,
Syaiful.(2006). Konsep dan Makna Pembelajaran.
Bandung: ALFABETA
Sugiyono.
2007. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:
ALFABETA
Sugiyono, Prof.,Dr.(2009).Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dam
R&D), Alfabeta, Bandung
Tolman, Marvin.(2008).Kegiatan-Kegiatan Sains, Bandung: PAKAR RAYA
2 komentar :
thank u so much vroohh
sekedar komen aja, setingnya gsah d bkin glow mlah bikin mata ane mau copot
ada skripsi yang utuh tentang ini gak?
Posting Komentar