| 

Proposal Skripsi Didactical Design Research

A.    Judul
DESAIN DIDAKTIS PEMBELAJARAN  IPA GAYA GRAVITASI  
(Didactical Design Research Pada Pembelajaran IPA Gaya Gravitasi Di SDN Gugus V Kecamatan Panawangan Kabupaten Ciamis)

B.       Latar Belakang masalah
Pendidikan adalah hal yang berpengaruh bagi kehidupan manusia, tanpa pendidikan manusia tidak akan bisa mengembangkan apa yang ia ketahui dan tidak akan memperoleh apa yang ia dapatkan. Untuk mewujudkan pembangunan nasional di bidang pendidikan diperlukan suatu peningkatan dan penyempurnaan penyelenggaraan pendidikan nasional yang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, perkembangan masyarakat, tantangan global serta kebutuhan pembangunan.Untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional tersebut, maka disusunlah suatu kurikulum dalam perjalanannya kurikulum ini senantiasan mengalami perkembangan dan penyesuaian dengan kemajuan jaman. Kurikulum merupakan pedoman dalam proses pembelajaran.

Pembelajaran menurut Dimyati dan Mudjiono (1999:297) adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain intruksional, untuk membuat siswa belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar’.
Pembelajaran merupakan proses penting dalam pendidikan.Dalam dunia pendidikan pembelajaran melibatkan Guru, siswa dan materi ajar. Pendidikan akan berjalan dengan lancar dan sesuai dengan tujuan kurikulum apabila Guru yang melaksanakan pembelajaran memenuhi kompetensi Guru sebagai mestinya. Begitupun bahan ajar yang digunakan dalam pembelajaran sesuai dengan kaedah-kaedah keilmuan yang benar dan minat siswa dalam pembelajaran  akan sangat membantu dalam proses pembelajaran yang akan mencapai tujuan dari pendidikan.
Sebagai seorang Guru Sekolah Dasar harus memiliki kompetensi secara didaktik, dan konseptual karena guru sekolah dasar memiliki beban mengajar yang lebih banyak dan memiliki peran mengajarkan konsep-konsep keilmuan secara benar dan mendasar kepada siswa yang akan berpengaruh besar terhadap pola perkembangan pengetahuan siswanya. Guru sebagai pengajar berperan dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran. Oleh sebab itu, guru dituntut untuk menguasai seperangkat  pengetahuan dan keteramilan dalam mengajar. Guru sebagai pembimbing diharapkan dapat memberikan bantuan kepada siswa dalam memecahkan masalah yang dihadapi. Peranan ini termasuk ke dalam aspek pendidik sebab tidak hanya menyampaikan ilmu pengetahuan, melainkan juga mendidik untuk mengalihkan nilai-nilai kehidupan. Hal tersebut menjelaskan bahwa tujuan pendidikan adalah sikap yang mengubah tingkah laku peserta menjadi lebih baik.
Dalam pembelajaran IPA saat ini  guru dalam proses pembelajaran kurang memperhatikan karakteristik yang dimiliki siswa dalam belajar, selama ini   sumber bahan ajar dalam pembelajaran yang dilakukan guru hanya menggunakan buku yang ada di sekolah sehingga konseptual yang guru miliki sangat terbatas dan kaku padahal perkembangan ilmu pengetahuan itu sangat cepat, hal ini menyebabkan pembelajaran mengalami berbagai hambatan belajar (learning obstacle). Kesulitan belajar (learning Obstacle) setiap siswa berbeda, hal itu disebabkan karena pengetahuan awal yang dimiliki siswa berbeda-beda sehingga memunculkan respon siswa ynag berbeda beda. Hambatan belajar siswa sangat penting khususnya hambatan konseptual, karena pembelajaran berbasis kontruktivisme sangat menghargai pengetahuan awal siswa meskipun pengetahuan itu keliru (miskonsepsi). Pengetahuan awal siswa sering kali diabaikan oleh guru padahal pengetahuan awal siswa sangat penting karena membantu siswa memecahkan kesulitan belajarnya secara lebih baik.
 Guru kurang merespon ketika ada siswanya yang memiliki pemahaman yang berbeda dengan konseptual yang dimiliki guru.
Dalam proses pembelajaran guru bisa menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar. Lingkungan adalah sumber belajar yang baik pembelajaran IPA, karena mata pelajaran IPA merupakan kajian kajian ilmu pengetahuan yang berasal dari fenomena- fenomena lingkungan. IPA berkaitan dengan cara mencari tahu fenomena dan perubahan-perubahan di lingkungan sekitar secara sistematis. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Mulyana (2009: 1) bahwa:
“IPA merupakan salah satu mata pelajaran yang turut berperan penting dalam memberikan wawasan, keterampilan dan sikap ilmiah sejak dini bagi anak. Melalui pembelajaran dan pengembangan potensi pada pembelajaran IPA siswa akan memperoleh bekal pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperlukan untuk memahami dan menyesuaikan diri terhadap fenomena dan perubahan-perubahandi lingkungan sekitar dirinya, disamping memenuhi keperluan untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi”.
Siswa sering menemukan informsi baru dari lingkungannya  Penemuan informasi baru itu tidak semata-mata menjadi ilmu pengetahuan tetapi  yang perlu dikaji dan dipelajari lebih dalam dengan bimbingan orang yang berkompeten.
Dalam pembelajaran IPA guru menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing, akan tetapi model pembelajaran inkuiri terbimbing ini akan mengalami berbagai hambatan apabila dalam prosesnya guru tidak mengembangkan konseptual siswa dalam belajar. Pembelajaran dengan model inkuiri terbimbing ini dilakukan guru secara apa adanya.
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas  peneliti mengambil judul “Disain Didaktis  Pembelajar IPA Materi Gaya Gravitasi”
C.      Perumusan Masalah
1.        Identifikasi Masalah
Dalam penelitian ini, penulis melakukan identifikasi masalah dengan mengungkapkan semua permasalahan yang terkait dengan bidang yang akan diteliti, yaitu permasalahan yang ada pada pembelajaran model inkuiri terbimbing pada pembelajaran IPA gaya gravitasi.
Berdasarkan latar belakang masalah dan hal-hal yang telah dikemukakan diatas, peneliti mengidentifikasikan permasalahan-permasalahan yang terjadi di lapangan adalah sebagai berikut:
1)   Proses pembelajaran IPA dengan model inkuiri terbimbing yang selama ini dilakukan oleh guru tidak berlangsung secara optimal.
2)   Dalam proses pembelajaran IPA dengan model inkuiri terbimbimbing guru kurang memperhatikan konsep berpikir anak sehingga membuat anak merasa selalu salah dalam berpendapat.
3)   Kurangnya konseptualisasi guru dalam penyampaian materi ajar kepada siswa.
Setelah melakukan identifikasi masalah, ternyata permasalahan yang muncul pada pembelajaran model inkuiri terbimbing adalah learning obstacle.
2.      Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah penelitian yang telah diuraikan maka rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut :
1)   Bagaimana learning obstacles pada proses pembelajaran IPA materi Gaya Gravitasi di kelas V SDN gugus V kecamatan Panawangan?
2)   Bagaimana desain didaktis   pembelajaran IPA pada  materi gaya gravitasi dengan di  kelas V Sekolah Dasar Negeri Gugus V UPTD pendidikan kecamatan Panawangan, Kabupaten Ciamis?
3)   Bagaimana uji coba desain didaktis  pembelajaran IPA pada materi gaya gravitasi dengan di kelas V SDN gugus V kecamatan Panawangan?
4)   Bagaimana desain didaktis pembelajaran IPA pada  materi gaya gravitasi di kelas V SDN gugus V kecamatan Panawangan?

.D.  Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian yang akan dilaksanakan untuk mendapatkan informasi tentang ;
1)   Mengetahui proses pembelajaran IPA  materi gaya Gravitasi dengan model inkuiri terbimbing.
2)   Memperoleh hambatan Belajar (Learning obstacles) pada pembelajaran IPA materi gaya gravitasi di SD.
3)    Memperoleh desain didaktis pembelajaran  model inkuiri terbimbing dalam pembelajaranIPA  gaya gravitasi.
4)   Menghasilkan desain yang bisa meremidiasi hambatan belajar (learning obstacles) pada pembelajaran IPA materi gaya gravitasi di SD.
E.  Manfaat  Penelitian
Dari hasil penelitian yang akan dilaksanakan mengenai pengembangan bahan ajar gaya gravitasi dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut :
1.    Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis penelitian ini adalah untuk mengetahui hambatan belajar (learning obstacles) dalam pembelajaran gaya gravitasi dan menghasilkan desain didaktis pembelajaran IPA materi gaya gravitasi.
2.    Manfaat praktis
Manfaat praktis penelitian ini yaitu menghasilkan desain didaktis baru  pembelajaran IPA gaya gravitasi yang bisa implementasikan  di Sekolah Dasar oleh setiap guru.
3.    Bagi siswa
Dari hasil penelitian ini siswa akan lebih mengerti dan memahami konsep tentang materi gaya gravitasi sehingga tidak mengalami hambatan belajar (learning obstacle)
4.    Bagi guru
Dari hasil penelitian ini guru akan mengetahui hambatan belajaran (learning obstacle) yang dialami siswa dalam pembelajaran gaya gravitasi dan guru bisa mengimplementasikan desain didaktis baru dari hasil penelitian ini.
5.    Bagi peneliti
Penelitian ini menambah wawasan peneliti secara teoritis dan praktis.






F.   KAJIAN  TEORI
           Landasan teori merupakan bagian yang memuat  teori-teori yang berasal dari studi kepustakaan yang berguna untuk mendukung penelitian. Oleh karena  itu peneliti akan menbahas teori-teori yang mendukung penelitian ini.
1.      Pengertian Metapedadidaktik
Didaktik berasal dari bahasa Yunani “didoskein” yang berate pengajaran atau “didaktos” yang berate ilmu mengajar, maka pengertian didaktik menyangkut pengertian yang sangat luas. Dalam kaitan pembicaraan tentang didaktik, pengertian didaktik akan difokuskan pada bagaimana perlakuan guru dlam proses belajar mengajar tersebut. Nasution (Ahmad, dan Prasetya, 1997; 39) didaktik adlaahaktivitas guru dalam mengorganisasikan lingkungan dan mendekatkannya kepada anak didik sehingga terjadi proses belajar.
Untuk mendorong terjadinya aksi mental, proses pembelajaran di kelas harus diawali dengan ajian masalah yang bisa memacu rasa ingin tahu siswa dan membuat siswa merasa tertantang untuk berpikir memecahkan masalah tersebut. Buru bisa intervensi tidak langsung dalam proses pembelajaran melalui penerapan teknik scaffolding (tindakan didaktis) serta memberikan dorongan agar terjadinya interaksi antar siswa dalam pembelajaran (tindakan pedagogis). Dalam penelitian scaffolding belum mengkaji aspek yang mendasar sekitar proses pembentukan objek mental baru. Dua aspek mendasar dalam proses pembelajaran yaitu hubungan siswa-materi dan hubungan guru-siswa ternyata dapat menciptakan situasi didaktis maupun pedagogis yang tidak sederhana. Hubungan Guru-Siswa_materi digambarkan oleh Kansanen (2003) sebagai sebuah Segitiga Didaktis yang menggambarkan hubungan didaktis (HD) antara siswa dan materi, dan hubungan pedagogis (HP) antara guru dan siswa. Ilustrasi kansanen belum menggambarkan hubungan guru-materi sehingga akan memunculkan situasi yang baru yang tidak diantaisipasi sebelumnya oleh guru.
Karena itu guru perlu merancang situasi didaktis dan pedagogis, serta merancang antisipasi respon siswa yang akan muncul ketika proses pembelajaran berlangsungsehingga akan memunculkan situasi didaktis baru. Atau dpat diganbarkan sebagai berikut :





 










Gambar 1.1 Segitiga Didaktis yang Dimodifikasi (Margaretha B. Roeroe1, 2011)
           
Peran guru yang paling utama dalam segitiga ini adalah menciptakan situasi didaktis sehingga terjadi proses belajar dalam diri siswa. Dengan kata lain seorang guru harus memiliki kemampuan yang lebih dalam pemahaman bahan ajar juga harus  memiliki pengetahuan lain yang terkait dengan siswa serta mampu menciptakan situasi didaktis yang dapat mendorong proses belajar secara optimal. Dengan kata lain, seorang guru perlu memiliki kemampuan untuk menciptakan relasi didaktis (didactical relation) antara siswa dan materi ajar sehingga tercipta suatu situasi didaktis ideal bagi siswa. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi munculnya hambatan belajar (learning obstacle) dalam diri siswa ketika proses pembelajaran berangsung. Dalam suatu proses pembelajaran, seorang guru biasanya mengawali aktivitas dengan melakukan suatu aksi misalnya dalam bentuk menjelaskan suatu konsep, menyajikan permasalahan kontekstual, atau menyajikan suatu permainan matematik. Berdasarkan aksi tersebut selanjutnya terciptalah suatu situasi yang menjadi sumber informasi bagi siswa sehingga terjadi proses belajar. Dalam proses belajar ini siswa melakukan aksi atas situasi yang ada sehingga tercipta situasi baru yang selanjutnya akan menjadi sumber informasi bagi guru. Aksi lanjutan guru sebagai respon atas aksi siswa terhadap situasi didaktis sebelumnya, akan menciptakan situasi didaktis baru.
                Suryadi (2010) ada beberapa kemampuan yang perlu dimiliki guru, selanjutnya akan disebut sebagai metapedadidaktik yang dapat diartikan sebagai kemampuan guru untuk:
(1)               Memandang komponen-komponen segitiga didaktis yang dimodifikasi yaitu ADP, HD, HP sebagai suatu kesatuan yang utuh, (2) mengembangkan tindakan sehingga tercipta situasi didaktis dan pedagogis yang sesuai dengan kebutuhan siswa, (3) mengidentifikasi serta menganalisis respon siswa sebagai akibat tindakan didaktis maupun pedagogis yang dilakukan, dan (4) melakukan tindakan didaktis dan pedagogis lanjutan berdasarkan hasil analisis respon siswa menuju pencapaian target pembelajaran.
Dalam pembuatan skenario guru harus membuat antisipasi didaktis dan pedagogis  siswa dalam pembelajaran, selain itu juga guru harus mempersiapkan respon yang belum ada pada prediksi skenario pembelajaran.
Metapedadidaktik memiliki tiga komponen yang terintegrasi satu sama lainnya, yaitu kesatuan, fleksibilitas, dan koherensi.
Komponen kesatuan berkenaan dengan kemampuan guru untuk memandang sisi-sisi segitiga didaktis yang dimodifikasi sebagai sesuatu yang utuh dan saling berkaitan erat. maksudnya sebelum peristiwa proses pembelajaran, guru melakukan proses berpikir tentang skenario pembelajaran yang akan dilaksanakan .hal yang paling penting adalah prediksi respon siswa sebagai akibat dari tindakan didaktis dan pedagogis yang akan dilakukan.
Komponen fleksibilitas berkenaan dengan skenario, prediksi renspon siswa, serta antisipasinya yang sudah dipikirkan sebelum peristiwa pembelajaran terjadi pada hakekatnya hanyalah sebuah rencana yang belum tentu sesuai kenyataan.
Komponen  koherensi atau pertalian logis. Pada komponen ini situasi didaktis yang diciptakan guru sejak awal pembelajaran bersipat dinamis agar saat respon siswa muncul yang dilanjutkan dengan tindakan didaktis atau pedagogis yang diperlukan, maka akan terjadi situasi didaktis dan pedagogis baru .
2.  Penelitian DDR (Didactical Design Research)
Proses pengembangan situasi didaktis, analisis situasi belajar yang terjadi sebagai respon atas situasi didaktis yang dikembangkan, serta keputusan-keputusan yang diambil guru selama proses pembelajaran berlangsung, menggambarkan bahwa proses berpikir. Antisipasi Didaktik dan Pedagogis (ADP). ADP pada hakekatnya merupakan sintesis hasil pemikiran guru berdasarkan berbagai kemungkinan yang diprediksi akan terjadi pada peristiwa pembelajaran.
Menurut Suryadi ( Firmansyah, 2011: 10-11 ),  Penelitian Desain Didaktis atau Didactical Design Research (DDR),pada dasarnya terdiri atas tiga tahapan, yaitu :
(1) Analisis situasi didaktis sebelum pembelajaran (prospective analysis) yang wujudnya berupa Desain Didaktis Hipotesis termasuk ADP, (2) analisis Metapedadidaktik, dan (3) analisis restrosfektif (restrospective analysis) yakni analisis yang mengaitkan hasil analisis situasi didaktis hipotesis dengan hasil analisis Metapedadidaktik. Dari ketiga tahapan ini akan diperoleh desain didaktis empirik yang tidak tertutup kemungkinan untuk disempurnakan melalui tiga tahapan DDR tersebut.
Proses berpikir guru terjadi terjadi tiga fase, fase sebelum pembelajaran, saat pembelajaran, dan setelah pembelajaran.DDR (didactical design research) ini didasari oleh ketiga fase berpikir guru tersebut.
Salah satu aspek yang perlu menjadi pertimbangan guru dalam mengembangkan ADP adalah adanya learning obstacles khususnya yang bersifat epistimologis (epistimological obstacle).Menurut Duroux (dalam Brouseau, 1997), epistimological obstacle pada hakekatnya merupakan pengetahuan seseorang yang hanya terbatas pada konteks tertentu. Jika orang tersebut dihad apkan pada konteks berbeda, maka pengetahuan yang dimiliki menjadi tidak bisa digunakan atau dia mengalami kesulitan untuk menggunakannya. Sebagai contoh, sebagaimana contoh bahwa benda yang lebih besar dan lebih berat akan lebih cepat jatuh dari pada benda yang kecil (konsep peerrcepatan gravitasi).
3.      Karakteristik Pembelajaran IPA
IPA adalah Ilmu Pengetahuan Alam dimana disiplin ilmu ini merupakan disiplin ilmu exact atau ilmu pasti. IPA sangat besar manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu pembelajaran IPA perlu diajarkan pada anak sekolah dasar.
Tujuan pembelajaran IPA di SD menurut Kurikulum KTSP (Depdiknas, 2006) secara terperinci adalah: (1) memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaann-Nya, (2) mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, (3) mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat, (4) mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan, (5) meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan, dan (7) memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan ketrampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP atau MTs.
Ruang lingkup bahan kajian IPA di SD secara umum meliputi dua aspek yaitu kerja ilmiah dan pemahaman konsep.Lingkup kerja ilmiah meliputi kegiatan penyelidikan, berkomunikasi ilmiah, pengembangan kreativitas, pemecahan masalah, sikap, dan nilai ilmiah. Lingkup pemahaman konsep dalam Kurikulum KTSP relatif sama jika dibandingkan dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang sebelumnya digunakan. Secara terperinci lingkup materi yang terdapat dalam Kurikulum KTSP adalah: (1) makhluk hidup dan proses kehidupannya, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan. (2) benda atau materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas. (3) energi dan perubahaannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya, dan pesawat sederhana. (4) bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya. Dengan demikian, dalam pelaksanaan pembelajaran IPA kedua aspek tersebut saling berhubungan.Aspek kerja ilmiah diperlukan untuk memperoleh pemahaman atau penemuan konsep IPA.
4.      Pembelajaran IPA Alternatif
Pembelajaran IPA sangat beragam dan perlu model dan cara khusus dalam pembelajaran IPA karena IPA merupakan ilmu pengetahuan yang cukup sulit apabila hanya menggunakan model pembelajaran konvensional.
Joyce (Mulyana, 2011;110) Model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat dipakai untuk merancang mekanisme suatu pengajaran yang mencakup sumber belajar, subjek pembelajar, lingkungan belajar, dan kurikulum.
Pembelajaran alternatif di SD adalah model pembelajaran yang berorientasi pada prinsip-prinsip PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Elaboratif, dan Menyenangkan). Model pembelajaran alternative yang memenuhi karakteristik PAKEM adalah model pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan pandangan pemecahan masalah atau inkuiri dan kontruktivisme,
1.      Model siklus belajar (Learning Cycle)
2.      Model pembelajaran EKPA
3.      Model sains teknologi dan masyarakat (STM)
4.      Model CL (cooperative learning)
5.      Model inkuiri
Pada penelitian ini menggunakan pembelajaran IPA alternatif model pembelajaran inkuiri terbimbing.
Menurut Haury, D.L (Jarret.D, 1977), inkuiri adalah sekumpulan perilaku manusia yang dikategorikan sebagai persaingan dalam mengeksplanasi secara masuk akal fenomena-fenomena alam yang terjadi di lingkungan, Sund dan Trowbridge (1973) membedakan pendekatan inkuiri menjadi dua bagian, yaitu pendekatan inkuiri terbimbing dan inkuiri tidak terbimbing. Dalam pendekatan inkuiri terbimbing guru mempunyai peranan lebih aktif dalam menentukan permasalahan dan mencari penyelesaiannya. Sedangkan pada inkuiri tidak terbimbing siswa lebih berperan aktif dalam mencari masalah dan penyelesaiannya.
Model inkuiri terbimbing merupakan pendekatan instruksional, memberikan kerangka kerja, perencanaan dan implementasi berpikir dengan mengembangkan keahlian siswa dan mengakses sumber informasi secara efektif membangun pengetahuan.Model ini terencana secara seksama, benar-benar terkontrol yang bersifat instruksional dari guru memandu siswa melalui materi yang mendalam (Kuhithau dan Carol, 2006). Ditinjau dari variasi pendekatan inkuiri, model inkuiri terbimbing memiliki ciri dimana topik pembelajaran ditentukan oleh guru, pertanyaan dan materi pembelajaran juga ditentukan oleh guru, sedangkan desain dan prosedur pembelajaran dirumuskan bersama-sama oleh guru dan siswa, selanjutnya hasil atau analisis serta kesimpulan ditentukan oleh siswa.
Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing atau latihan inkuiri berasal dari suatu keyakinan bahwa siswa memiliki kebebasan dalam belajar. Model pembelajaran ini menuntut partipasi aktif siswa dalam inkuiri (penyelidikan) ilmiah. Siswa memiliki keingintahuan dan ingin berkembang. Inkuiri terbimbing menekankan pada sifat-sifat siswa ini, yaitu memberikan kesempatan pada siswa untuk bereksplorasi dan memberikan arah yang spesifik sehingga area-area baru dapat tereksplorasi dengan lebih baik.  Tujuan umum dari model inkuiri terbimbing adalah membantu siswa mengembangkan keterampilan intelektual dan keterampilan-keterampilan lainnya, seperti mengajukan pertanyaan dan menemukan (mencari) jawaban yang berawal dari keingintahuan mereka (Agung, 2009) Model pembelajaran latihan inkuiri dikemukan oleh Richard Suchman (Jannah, 2008), ia menginginkan siswa untuk bertanya mengapa suatu peristiwa terjadi, kemudian siswa melakukan kegiatan, mencari jawaban, memproses data secara logis, sampai akhirnya siswa mengembangkan strategi pengembangan intelektual yang dapat digunakan untuk menemukan mengapa suatu fenomena bisa terjadi.
Pembelajaran inkuiri terbimbing yaitu suatu model pembelajaran inkuiri yang dalam pelaksanaannya guru menyediakan bimbingan atau petunjuk cukup luas kepada siswa. Sebagian perencanaannya dibuat oleh guru, siswa tidak merumuskan problem atau masalah. Dalam pembelajaran inkuiri terbimbing guru tidak melepas begitu saja kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh siswa. Guru harus memberikan pengarahan dan bimbingan kepada siswa dalam melakukan kegiatan-kegiatan sehingga siswa yang berifikir lambat atau siswa yang mempunyai intelegensi rendah tetap mampu mengikuti kegiatan-kegiatan yang sedang dilaksanakan dan siswa mempunyai tinggi tidak memonopoli kegiatan oleh sebab itu guru harus memiliki kemampuan mengelola kelas yang bagus. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Kuhithau dan Carol (2006), yang menjelaskan bahwa inkuiri terbimbing memiliki 6 karakateristik yaitu :
1.Siswa belajar dengan aktif dan memikirkan sesuatu berdasarkan pengalaman
2. Siswa belajar dengan aktif membangun apa yang telah diketahuinya
3. Siswa mengembangkan daya pikir yang lebih tinggi melalui petunjuk atau bimbingan pada proses belajar
4. Perkembangan siswa terjadi pada serangkaian tahap
5. Siswa memliki cara belajar yang berbeda satu sama lainnya
6. Siswa belajar melalui interaksi sosial dengan lainnya
Inkuiri terbimbing biasanya digunakan terutama bagi siswa-siswa yang belum berpengalaman belajar dengan pendekatan inkuiri. Pada tahap-tahap awal pengajaran diberikan bimbingan lebih banyak yaitu berupa pertanyaan-pertanyaan pengarah agar siswa mampu menemukan sendiri arah dan tindakan-tindakan yang harus dilakukan untuk memecahkan permasalahan yang disodorkan oleh guru. Pertanyaan-pertanyaan pengarah selain dikemukakan langsung oleh guru juga diberikan melalui pertanyaan yang dibuat dalam LKS. Oleh sebab itu LKS dibuat khusus untuk membimbing siswa dalam melakukan percobaan dan menarik kesimpulan.
Dalam model pembelajaran inkuiri terbimbing, penyajian pelajaran diawali dengan penjelasan suatu peristiwa yang penuh teka-teki. Siswa secara individu akan termotivasi menyelesaikan teka-teki yang dihadapkan pada mereka dan membimbing mereka kepada suatu pencarian dan penyelidikan secara disiplin.
Berikut adalah hal yang dilakukan guru dalam pembelajaran model inkuiri terbimbing
1)        Fase pertama, Planning (perencanaan)
Guru menyajikan permasalahan mengenai zat danwujudnya yang terkait dengan kehidupan sehari-hari. Menentukan prosedur untuk menyelesaikanmasalah dengan melakukan eksperimenditentukan oleh siswa.
2)    Fase Kedua, Retrieving (mendapatkan informasi)
Siswa mencari dan mengumpulkan data mengenaimasalah yang diajukan guru dari berbagai sumber.
3)    Fase ketiga, Processing (memproses informasi)
Siswa menguji dan membuktikan hipotesisnyadengan melakukan percobaan dan menganalisahasil pengamatannya pada eksperimen
4)    Fase keempat, Creating (menciptakan informasi)
Siswa membuat kesimpulan dari hasil pengamatannya, membuat laporan kegiataneksperimennya.
5)    Fase kelima. Sharing (mengkomunikasikan informasi)
Siswa mempresentasikan hasil pengamatannya.Guru mengomentari jalannya diskusi danmemberikan penguatan serta meluruskan hal-halyang kurang tepat.
6)    Fase keenam, Evaluating (Mengevaluasi)
Guru memberikan penghargaan kepada masing-masing kelompok yang telah memberikan presentasinya kemudian memberikan tugasindividu mengenai materi yang telah dipelajari.
Pada proses pembelajaran inkuiri terbimbing ini terdiri dari enam fase pembelajaran, berikut adalah fase- fase dari model pembelajaran inkuiri terbimbing


Fase Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
Fase
indikator
Peran guru
1
Menyajikan pertanyaan atau masalah
Guru membimbing siswa mengidentifikasikan masalah dan dituliskan di papan tulis . guru membagi siswa dalam beberapa kelompok
2.
Membuat hipotesis
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk curah pendapat dalam membentuk hipotesis.
 Guru membimbing siswa dalam menentukan hipotesis yang dilakukan dengan permasalahan dan memprioritaskan hipotesisi yang akan digunakan untuk dijadikan prioritas penyelidikan.
3.
Merancang percobaan
Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk menentukan langkah-langkah yang sesuai dengan hipotesisin yang akan dilakukan.
Guru membimbing siswa dalam menentukan langkah langkah percobaan.
4.
Melakukan percobaan untuk memperoleh data
Guru membimbing siswa mendapatkan data melalui percobaan
5.
Mengumpulkan dan menganalisis data
Guru memberikan kesempatan kepada tiap kelompok untuk menyampaikan hasil pengolahan data yang terkumpul.
6.
Membuat kesimpulan
Guru membimbing siswa dalam membuat kesimpulan berdasarkan data yang telah diperoleh.
Tabel 2.1 fase model  pembelajaran inkuiri terbimbing
5.      Materi/ Bahan Ajar
Materi bahan ajar yang digunakan dalam penelitian ini adalah gaya gravitasi ke kelas 5 semester 2.
Gaya Gravitasi
Gaya gravitasi adalah salah satu bahan ajar yang diajarkan di SD kelas 5 semester 2, pembelajaran gaya gravitasi ini sangat penting di SD karena kehidupan sehari-hari sangat berhubungan erat dengan gaya gravitasi.
a.    Pengertian
Gaya gravitasi bumi atau arti gaya tarik bumi adalah suatu gaya tarik-menarik yang terjadi pada semua partikel yang mempunyai massa. Jika di bumi, gaya gravitasi bumi disebabkan karena bumi yang berukuran besar memiliki massa yang juga besar sehingga dapat menarik semua benda yang berada di atasnya.Gaya gravitasi ini yang menyebabkan benda-benda yang ada di bumi tidak terlempar ke angkasa. Gaya gravitasi tidak hanya dimiliki oleh bumi saja tetapi bulan, dan matahari juga memiliki gaya gravitasi.
Salah satu contoh hukum alam adalah “hokum kuadrat kebalikan” yang menjelaskan bahwa besar gaya tarik-menarik dua buah benda sebanding dengan kuadrat perkalian masa kedua benda dibagi dengan kuadrat jarak antara keduanya. Jadi jika jarak antara dua benda yang bermassa sama dijadikan dua kali lebih jauh dari sebelumnya maka gaya akan berkurang menjadi seperempatnya.  Jika jarak dijadikan tiga kali lebih jauh, maka gaya berkurang ,enjadi sepersembilannya, demikian dan seterusnya. Namun hokum diatas kalah penting dengan fakta yang menyatakan  bahwa diantara dua benda di alam semesta terjadi suatu gaya tarik gravitasi yang unik misalkan antara gelas di meja.
Cara mudah untuk memahami konsep gravitasi adalah dengan membayangkan sebuah batu yang diikatkan pada seutas tali, kemudian diayunkan berputar-putar. Analogi ini memang tidak sepenuhnya tepat karena batu tersebut bergerak pada jalur melingkar, bukan elips. Akan tetapi, gaya yang bekerja pada benang menyerupai gaya gravitasi, yaitu menarik batu kea rah titik pusat lingkaran untuk menjaganya tetap pada jalur. Apabila tali itu putus  maka batu akan terlempar kearah yang lurus terhadap jalur tadi.
b.    Sejarah penemuan gaya gravitasi
Sir Isaac Newton adalah ahli fisika, matematika, astronomi, kimia dan ahli filsafat yang lahir di Inggris.Buku yang ditulis dan dipublikasikan pada tahun 1687, Philosophiæ Naturalis Principia Mathematica, dikatakan sebagai buku yang paling berpengaruh dalam sejarah perkembangan ilmu pengetahuan. Karyanya ini menjelaskan tentang hukum gravitasi dan tiga asas (hukum) pergerakan, yang mengubah pandangan orang terhadap hukum fisika alam selama tiga abad kedepan dan menjadi dasar dari ilmu pengetahuan modern.
Gambar 2.2 gaya gravitasi
Isaac Newton menyadari bahwa matematika adalah cara untuk menjelaskan hukum-hukum alam seperti gravitasi, dan membuat beberapa rumus untuk menghitung 'pergerakan benda' dan 'gravitasi bumi'. Gravitasi adalah kekuatan yang membuat suatu benda selalu bergerak jatuh ke bawah.Dengan tiga prinsip dasar dari hukum pergerakan, Newton dapat menjelaskan dan membuktikan bahwa planet beredar mengelilingi matahari dalam orbit yang berbentuk oval dan tidak bulat penuh.Kemudian Newton menggunakan tiga prinsip dasar pergerakan yang sekarang di kenal sebagai Hukum Newton untuk menjelaskan bagaimana benda bergerak. 
Ayah Isaac Newton meninggal tiga bulan setelah Newton lahir, dan dimasa kecilnya, Newton tinggal bersama neneknya.Newton kemudian bersekolah di sekolah desa dan kemudian pindah ke sekoah yang lebih baik di Grantham, dimana disana dia menjadi murid dengan peringkat atas.
Saat ini banyak kisah yang menceritakan bahwa Newton mendapatkan rumus tentang teori gravitasi dan sebuah apel yang jatuh dari pohon. Di kisahkan bahwa suatu hari Newton duduk dan belajar di bawah pohon apel dan saat itu sebuah apel jatuh dari pohon tersebut. Dengan mengamati apel yang jatuh, Newton mengambil kesimpulan bahwa ada sesuatu kekuatan yang menarik apel tersebut jatuh kebawah, dan kekuatan itu yang kita kenal sekarang dengan nama gravitasi.
G.    Kerangka Berpikir
            Pembelajaran IPA adalah pembelajaran yang tidak semata-mata hanya menyampaikan informasi yang diketahui oleh guru kepada siswanya akan tetapi pembelajaran IPA adalah proses dimana siswa mampu mengekplorasi apa yang ingin mereka ketahui dan ingin mereka alami. Pada pembelajaran inkuiri terbimbing sangat menekankan proses penemuan pengetahuan baru yang harus dicari oleh siswa dengan bimbingan guru secara tidak langsung. Model pembelajaran inkuiri terbimbing ini merupakan model pembelajaran yang berbasis kontruktivisme yaitu pembelajaran yang sangat menghargai pengetahuan awal siswa ( konseptual) meskipun konseptual siswa itu salah (miskonsepsi).
            Gaya gravitasi adalah bahan ajar yang cukup membuat siswa bingung karena terkadang siswa mengalami miskonsepsi pada pemahaman tentang gaya gravitasi khususnya ketika guru mengajarkan gaya gravitasi dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing.






H.  METODOLOGI PENELITIAN
            Menurut Sugiyono (2009: 2) mengemukakan bahwa: “penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu”. Berdasarkan cara pengolahan data (pendekatan), penelitian terbagi menjadi 2, yaitu: (1) penelitian kuantitatif, yaitu penelitian yang menggunakan teknik statistik dalam mengolah datanya, dan (2) penelitian kualitatif, yaitu penelitian yang diolah menggunakan teknik  kualitatif.
            Bogdan dan Taylor (1975:5) mendefinisikan metodologi kualitatif sebagaimana prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.
            Pada penelitian pengembangan bahan ajar gaya gravitasi dengan model inkuiri terbimbing ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode DDR (Didactical Design Research). DDR (Didacical Design Research) adalah penelitian yang mengungkap hambatan belajar (learning obstacle) dalam proses pembelajaran dan bertujuan untuk mengantisipasi dan menghilangkan hambatan belajar dalam pembelajaran.
1.  Lokasi dan Subjek Penelitian
      Penelitian DDR (didactical Design Research) akan dilakukan dua tahan tahap pertama studi pendahuluan di Sekolah Dasar Negeri 4 Cinyasag, dan Sekolah Dasar Negeri 3 Cinyasag, lalu tahap implementasi desain didaktik yang akan di laksanakan di Sekolah Dasar  Negeri 1 Cinyasag, dan Sekolah Dasar Negeri 2 Cinyasag. Semua Sekolah Dasar yang dijadikan tempat penelitian adalah Sekolah Dasar Negeri Gugus V UPTD TK, SD, dan PLS Kecamatan Panawangan, Kabupaten Ciamis. Adapun sekolah dasar alternative tambahan yakni sekolah dasar 1 dan 2 Sadapaingan untuk mengantisipasi apabila penelitian belum selesai.
2.  Desain Penelitian
     Penelitian ini dimulai dengan memilih masalah yang akan diteliti, yaitu peneliti sebelum melakukan pengamatan awal untuk mendapatkan permasalahan. Kemudian melakukan studi pendahuluan, sebagai informasi awal terkait dengan permasalahan yang akan diteliti. Setelah dilakukan studi pendahuluan peneliti merumuskan masalah untuk memperjelas permasalahan yang akan diteliti dengan bentuk pertanyaan-pertanyaan yang nantinya harus dijawab oleh peneliti dalam kegiatan penelitian. peneliti memilih pendekatan yang sesuai dengan permasalaha yang muncul. Untuk mendapatkan data yang sesuai dengan penelitian terlebih dahulu peneliti melakukan penentuan sumber data yang akan dijadikan sumber penelitian. Setelah didapat secara pasti lalu peneliti melakukan pengumpulan data. Pengumpulan data yang dilakukan peneliti dilakukan dengan studi pendahuluan yaitu dengan teknik tes tulis, wawancara dan observasi. Setelah data yang dibutuhkan peneliti sudah dirasa cukup, kemudian peneliti melakukan analisis data sebagai bahan laporan penelitian. Hal ini dilakukan bertujuan untuk menjawab pertanyaan yang terdapat pada rumusan masalah.
Tahap akhir peneliti memberikan kesimpulan dari hasil penelitian yang dilakukan.
Untuk memperjelas  desain penelitian yang akan dilakukan maka dapat dibagankan sebagai berikut.

Memilih Masalah
Studi pendahuluan
Perumusan masalah
Memilih pendekatan dan metode
Menentukan Sumber Data
Mengumpulkan Data
Tes Tulis

Wawancara
Uji coba desain didaktis baru
Merancang desain didaktis
Menghasilkan desain didaktis baru
Observasi
 

















(Bagan 1.1) Alur Penelitian
3.  Metode Penelitian
Metode merupakan teknik-teknik yang dilakukan untuk mencapai tujuan. Pada penelitian ini peneliti menggukanakan metode DDR (Didactical Design Research) karena mengembangkan bahan ajar yang diaplikasikan pada desain pembelajaran. Proses pengembangan situasi didaktis, analisis situasi belajar yang terjadi sebagai respon atas situasi didaktis yang dikembangkan, serta keputusan-keputusan yang diambil guru selama proses pembelajaran berlangsung, menggambarkan bahwa proses berpikir. Antisipasi Didaktik dan Pedagogis (ADP). ADP pada hakekatnya merupakan sintesis hasil pemikiran guru berdasarkan berbagai kemungkinan yang diprediksi akan terjadi pada peristiwa pembelajaran.
Menurut Suryadi ( Firmansyah, 2011: 10-11 ),  Penelitian Desain Didaktis atau Didactical Design Research (DDR), pada dasarnya terdiri atas tiga tahapan, yaitu :
                   (1) Analisis situasi didaktis sebelum pembelajaran (prospective analysis) yang wujudnya berupa Desain Didaktis Hipotesis termasuk ADP, (2) analisis Metapedadidaktik, dan (3) analisis restrosfektif (restrospective analysis) yakni analisis yang mengaitkan hasil analisis situasi didaktis hipotesis dengan hasil analisis Metapedadidaktik. Dari ketiga tahapan ini akan diperoleh desain didaktis empirik yang tidak tertutup kemungkinan untuk disempurnakan melalui tiga tahapan DDR tersebut.
Proses berpikir guru terjadi terjadi tiga fase, fase sebelum pembelajaran, saat pembelajaran, dan setelah pembelajaran.DDR (didactical design research) ini didasari oleh ketiga fase berpikir guru tersebut.
Salah satu aspek yang perlu menjadi pertimbangan guru dalam mengembangkan ADP adalah adanya learning obstacles khususnya yang bersifat epistimologis (epistimological obstacle).Menurut Duroux (dalam Brouseau, 1997), epistimological obstacle pada hakekatnya merupakan pengetahuan seseorang yang hanya terbatas pada konteks tertentu.Jika orang tersebut dihadapkan pada konteks berbeda, maka pengetahuan yang dimiliki menjadi tidak bisa digunakan atau dia. mengalami kesulitan untuk menggunakannya. Sebagai contoh, sebagaimana contoh bahwa benda yang lebih mesar akan lebih cepat jatuh jatuh dari pada benda yang kecil.
4.  Definisi Operasional
     Definisi operasional mempunyai peran sebagai landasan yang memberikan penjelasan yang terkait dengan batasan permasalahan yang dijadikan objek penelitian
     Definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
a.       Pembelajaran inkuiri terbimbing yaitu suatu model pembelajaran inkuiri yang dalam pelaksanaannya guru menyediakan bimbingan atau petunjuk cukup luas kepada siswa.Sebagian perencanaannya dibuat oleh guru, siswa tidak merumuskan problem atau masalah.
b.      IPA adalah Ilmu Pengetahuan Alam diamana disiplin ilmu ini merupakan disiplin ilmu exact atau ilmu pasti. IPA sangat besar manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari.Oleh karena itu pembelajaran IPA perlu diajarkan pada anak sekolah dasar.
c.       Gaya gravitasi bumi atau arti gaya tarik bumi adalah suatu gaya tarik-menarik yang terjadi pada semua partikel yang mempunyai massa. Jika di bumi, gaya gravitasi bumi disebabkan karena bumi yang berukuran besar memiliki massa yang juga besar sehingga dapat menarik semua benda yang berada di atasnya
5.  Instrument penelitian
Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini, diperlukan suatu instrumen penelitian. Pada penelitian DDR (didactical design research ) ini membutuhkan data kualitatif yaitu Informasi yang diperlukan adalah adanya hambatan belajar (learning obstacle) siswa terhadap pemahaman konsep gaya gravitasi.
 Instrumen akan digunakan pada studi pendahuluan penelitian dan implementasi desain didaktik penelitian. Oleh karena itu penelitian ini menggunakan tes objektif dengan alasan jawaban, tes uraian pemahaman, hal ini berguna untuk mengungkap pemahaman siswa terhadap suatu konsep,  wawancara siswa dan guru kelas dan observasi.  Pada penelitian ini instrument yang digunakan adalah tes objektif, tes uraian, wawancara, dan observasi.
a.       Tes objektif
Tes objektif adalah bentuk tes berupa pilihan ganda yang digunakan untuk mengetahui pengetahuan awal siswa.
b.      Tes uraian
Tes uraian adalah bentuk tes yang tujuannya untuk mengungkap pemahaman siswa tentang suatu konsep.
c.       Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan tujuan tertentu. Percakapan ini dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan yang memberi jawaban. Adapun jenis wawancara  yang dipakai dalam penelitian ini adah ditujukan kepada guru kelas yang mengajar di kelas v yang menjadi populasi penelitian.
d.      Observasi
Adalah memperhatikan sesuatu dengan menggunakan panca indra.
e.       Studi literatur
Studi literatur dilakukan dengan cara membaca dari sumber-sumber yang relevan dengan judul penelitian, mempelajari, memperoleh buku-buku dan peraturan tertulis serta bacaan lainya yang memiliki keterkaitan dengan masalah penelitian. Tujuannya adalah untuk mendapatkan konsep-konsep sebaghai landasan pemikiran dalam penelitian ini, sehingga diperolehrelevansi antar teori dengan tujuan penelitian, dan tidak terjadi adanya suatu kesenjangan. Berdasarkan pedoman tersebut, peneliti akan lebih mudah memberikan keterangan-keterangan yang akan menjadi data.
6.  Teknik Pengumpulan Data
 Pengumpulan data adalah cara-cara yang digunakan peneliti untuk memperoleh data-data yang diperlukan dengan didukung oleh seperangkat instrument pengumpulan data yang sesuai. Dalam teknik pengumpulan data uuntuk penelitian ini peneliti menggunakan teknik triangulasi Adapun langkah-langkah pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti meliputi :
Pertama peneliti menggunakan teknik tes dengan bentuk tes pilihan yang disertai alasan jawaban, hal ini digunakan untuk mendukung pengumpulan data yang bertujuan untuk mengetahui pemahaman siswa tentang materi yang akan dijadikan bahan penelitian yaitu materi gaya gravitasi. Tes pilihan ini berjumlah 6  butir soal dan telah dimodifikasi dengan mencantumkan alasan kenapa siswa memilih jawaban tersebut hal ini bertujuan agar peneliti bisa menganalisis hambatan belajar (learning obstacle) yang muncul pada pembelajaran.
Langkah-langkah yang dilakukan oleh peneliti dalam pengumpulan data melalui tes pilihan dengan alasan jawaban  adalah sebagai berikut :
1)     membuat kisi-kisi tes uraian
a)    Menetapkan variable yang menjadi indikator berdasarkan teori
b)   Menetapkan rumusan masalah yang ingin digali
c)    Membuat daftar pertanyaan yang disertai alternatif jawabannya.
2)      Sebelum dibagikan kepada responden dilakukan dulu uji validitas dan reliabilitas terlebih dahulu dari setiap pertanyaan.
3)      Setelah diuji validitas dan reliabilitas maka tes objektif tersebut dibagikan kepada semua responden.
Selanjutnya dengan teknik wawancara, wawancara adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan percakapan untuk mendapatkan sebuah informasi atau data Percakapan ini dilakukan oleh dua pihak, dalam pedoman wawancara dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut
1)        Merencanakan alur pertanyaan dengan mempertimbangkan
a)      Pertanyaan fokus pada permaslahan yang akan diteliti
b)      Mendahulukan pertanyaan yang penting pada awal wawancara.
c)      Menyusun pertanyaan dengan jumlah 5 buah
2)        Melakukan wawancara secara langsung terhadap guru dan siswa
3)      Mencatan hasil wawancara pada lembar catatan lapangan yang telah disiapkan.
4)      Menganalisis hasil wawancara.
7.  Teknik Analisis Data
    Teknik analisis data pada penelitian ini dilakukan setelah data terkumpul. Teknik analisis yang digunakan pada penelitian ini mengacu pada pendapat  Miles and Huberman (Sugiyono, 2010 : 337) bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data, yaitu: data reduction (mengorganisisr data), data display (membuat uraian terperinci), dan conclusion drawing/verification (melakukan interpretasi dan kesimpulan).
Jadi penelitian ini dinyatakan telah selesai apabila learning obstacle sudah tidak muncul dalam pembelajaran.

Prosedur Penelitian
     Prosedur penelitian ini secara sederhana dapat dirumuskan sebagai berikut :
a)      Tahap awal
Pada tahap ini, langkah-langkah yang ditempuh meliputi :
1)      Membuat proposal
2)      Mengurus perizinan penelitian
3)      Menyusun instrument penelitian dengan cara menentukan aspek apa saja yang akan dinilai, yang sesuai dengan penelitian
4)      Mengkonsultasikan kisi-kisi instrument penelitian kepada dosen pembimbing, untuk mengetahui apakah instrument tersebut sudah sesuai atau belum.
5)      Melakukan uji validitas dan uji reliabilitas instrument penelitian.
b)      Tahap pelaksanaan
pada tahap pelaksanaan ini kegiatan inti penelitian berlangsung, adapun tahapannya sebagai berikut :
1)      Memberikan informasi berkaitan dengan penelitian yang akan dilaksanakan
2)      Membagikan isntrumen tes objektif kepada populasi
3)      Memberika petunjuk pengisian.
4)      Mengumpulkan tes obejektif
5)      Memeriksa
6)      Melakukan wawancara terhadap guru dan siswa.
c)      Tahap Akhir
Pada tahap akhir ini langkah-langkah yang dilakukan adalah
1)      Mengolah dan menganalisis data yang telah diperoleh
2)      Menyusun dan melaporkan hasil penelitian.
8.      Jadwal penelitian          
            Agar penelitian ini selesai sesuai dengan waktu yang ditentukan, maka peneliti menyusun jadwal penelitian sebagai berikut :

No
Kegiatan
Bulan Ke.
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
1
Penyusunan Proposal
2
Diskusi Proposal
3
Memasuki lapangan untuk melakukan studi Instrumen awal
4
mengolah data hasil Uji Instrumen awal
5
membuat Desain Didaktis Pembelajaran,RPP, Desain Didaktis Pembelajaran
6
mengolah data hasil  Uji Desain Didaktis, uji keabsahan data
7
membuat draf laporan penelitian
8
diskusi draf penelitian
9
bimbingan draf penelitian
10
penyempurnaan draf penelitian


Tabel 3.1 Jadwal Penelitian




  DAFTAR PUSTAKA

Alonso, Marcelo. (1980). Dasar-dasar Fisika Universitas.  Jakarta: PENERBIT ERLANGGA
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Firmansyah, Y. (20120). Desain Didaktis Konsep Pecahan Pada Pembelajaran Matematika Di Sekolah Dasar. Skripsi Sarjana UPI Kampus Tasikmalaya: Tidak Diterbitkan.
Gribbin, John. (2005). Bengkel Ilmu Fisika Modern. Jakarta: PERNERBIT ERLANGGA.
Moleong, Lexy. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA
Mulyana, E.H. (2008). Pendidikan Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di Sekolah Dasar. Tasikmalaya: UPI
Sagala, Syaiful.(2006). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung:  ALFABETA
Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: ALFABETA
Sugiyono, Prof.,Dr.(2009).Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dam R&D), Alfabeta, Bandung
Tolman, Marvin.(2008).Kegiatan-Kegiatan Sains, Bandung: PAKAR RAYA

2 komentar :

Unknown mengatakan...

thank u so much vroohh
sekedar komen aja, setingnya gsah d bkin glow mlah bikin mata ane mau copot

Unknown mengatakan...

ada skripsi yang utuh tentang ini gak?

Posting Komentar